TEMPO.CO, Jakarta - Pemilihan Presiden Filipina digelar besok, Senin, 9 Mei 2022. Pada Sabtu kemarin, para kandidat menggelar kampanye terakhirnya untuk mempengaruhi pemilih yang ragu-ragu dengan pesan-pesan patriotik dan optimis.
Ratusan ribu orang berkumpul di Filipina, namun massa terbesar terlihat dalam kampanye anak Ferdinand Marcos Jr, anak mantan presiden yang digulingkan oleh rakyat karena dianggap diktator dan korup.
Suasana meriah juga terlihat dalam kampanye wakil presiden inkumben, Leni Robredo. Kembang api menghiasi langit saat penyanyi, selebritas, dan bintang media sosial naik ke panggung di seluruh ibu kota Manila menjelang pemilihan pada Senin.
Robredo tampaknya harus bersaing ketat dengan Ferdinand Marcos Jr, putra mendiang diktator terkenal yang memerintah Filipina selama 20 tahun.
Jika survei opini akurat, Robredo, 57 tahun, akan membutuhkan lonjakan suara untuk memenangkan kursi kepresidenan, dengan Marcos, mantan anggota kongres dan senator, mengunggulinya lebih dari 30 poin persentase, setelah menduduki puncak setiap jajak pendapat tahun ini.
Keduanya mewujudkan jurang politik yang telah ada lebih dari empat dekade, dengan akar Robredo dalam gerakan yang memimpin pemberontakan "kekuatan rakyat" 1986 menggulingkan Marcos yang lebih tua, dan Marcos Jr bersiap mengembalikan kejayaan nama keluarganya.
Marcos menggunakan kampanyenya sebagai kesempatan untuk menjembatani kesenjangan itu.
"Kita akan mencapai hari ketika kita bergabung, ketika kita kembali menghadapi dunia dan berteriak kepada teman-teman kita dan mengibarkan bendera kita , kita akan bangga mengatakan bahwa kita adalah orang Filipina," kata Marcos kepada kerumunan berbaju merah yang melambaikan bendera nasional.
Penentang Marcos mengatakan kepresidenan adalah akhir dari upaya selama bertahun-tahun untuk mengubah narasi sejarah otoritarianisme dan penjarahan oleh keluarganya, yang meskipun jatuh tetap menjadi salah satu klan terkaya dan paling berpengaruh dalam politik Filipina.
Marcos Jr dikritik karena kurangnya platform kebijakan, menghindari debat dan penampilan media, sebuah strategi yang meminimalkan pengawasan dan memungkinkan dia untuk menghasilkan dukungan di media sosial di antara pemilih yang lahir lama setelah pemerintahan ayahnya.
Senin akan menjadi pertandingan ulang pemilihan wakil presiden 2016 yang tampaknya akan dimenangkan oleh Marcos, sebelum kalah hanya dengan 200.000 suara dari Robredo. Dia menuduh ada kecurangan dan berjuang keras untuk membatalkan hasil, namun ditolak Mahkamah Agung.
"Pertarungan ini bukan tentang satu orang atau kandidat. Saya hanya kendaraan cinta yang menyelimuti orang Filipina," kata Robredo kepada ratusan ribu pendukung pada rapat umum yang mengubah kawasan bisnis kota menjadi merah jambu, warna kampanyenya.
Jika pemilu mencerminkan jajak pendapat, Marcos, 64 tahun, bisa menjadi presiden Filipina pertama yang terpilih dengan suara mayoritas sejak berakhirnya kekuasaan ayahnya.
"Saya sangat senang karena dia hampir menjabat sebagai presiden berikutnya. Saya yakin itu, selama tidak ada kecurangan," kata pendukung Marcos, Emma Montes, 43, seorang pembantu rumah tangga, setelah menghadiri rapat umum Marcos.
Sekitar 65 juta orang Filipina memenuhi syarat untuk memberikan suara pada hari Senin untuk memutuskan pengganti Presiden Rodrigo Duterte setelah enam tahun berkuasa, ditambah ribuan pos lainnya, dari anggota parlemen dan gubernur hingga walikota dan anggota dewan.
Christian Dave Palero, 22, seorang agen call center yang mengenakan jaket merah muda, mengatakan dia masih percaya Leni Robredo memiliki kesempatan untuk menang. "Kami lelah tetapi kami senang dan puas," katanya. "Kami yakin Leni bisa menang."
Dalam sejumlah jajak pendapat, Marcos Jr meraih dukungan di atas 50%, sementara Leni Robredo mendapat 24%. Peserta lain tampaknya hanya jadi penggembira. Wali kota Manila Francisco Domagoso, mantan juara tinju dunia Manny Pacquiao dan Senator Panfilo Lacson, masing-masing hanya mendapat 8%, 6% dan 2% dukungan.