TEMPO.CO, Jakarta - Rusia bersiap melancarkan serangan besar-besaran ke wilayah timur dan selatan Ukraina sehingga membuat Kriv meningkatkan seruan dijatuhkannya sanksi keuangan yang lebih berat sehingga bisa memaksa Moskow mengakhiri perang.
"Negara demokratis harus berhenti membeli minyak Rusia dan memutuskan bank-bank Rusia dari sistem keuangan internasional," kata Presiden Volodymyr Zelensky saat bicara melalui video di depan Parlemen Yunani.
Ia menambahkan bahwa kekhawatiran ekonomi tidak boleh melebihi penderitaan atas kematian warga sipil Ukraina, yang dinilai banyak sekutu Baratnya sebagai kejahatan perang.
"Sekali dan untuk semua, kita bisa mengajari Rusia dan agresor potensial lainnya bahwa mereka yang memilih perang selalu kalah," kata Zelensky. "Mereka yang memeras Eropa dengan krisis ekonomi dan energi selalu kalah."
Washington, yang melarang impor minyak Rusia bulan lalu, mengambil langkah lebih lanjut pada Rabu untuk mengisolasi Moskow, memberi sanksi kepada dua pemberi pinjaman utama dan dua putri Presiden Vladimir Putin, serta melarang investasi AS di Rusia. Washington juga menyerukan dikeluarkannya Rusia dari Kelompok G20.
Diplomat top Uni Eropa, Josep Borrell, mengatakan selama pertemuan NATO bahwa langkah-langkah terbaru Uni Eropa, termasuk larangan impor batubara Rusia, yang awalnya diharapkan pada hari Rabu, dapat disahkan pada hari Kamis atau Jumat dan blok tersebut akan membahas embargo minyak berikutnya.
Dalam langkah simbolis, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa akan memberikan suara pada hari Kamis untuk menangguhkan Rusia dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB.
Tekanan untuk memperketat sanksi menyusul kecaman internasional atas eksekusi warga sipil di jalan-jalan Bucha, sebuah kota di timur laut ibu kota Kyiv yang direbut kembali dari pasukan Rusia.
Moskow membantah menargetkan warga sipil dan mengatakan gambar mayat di Bucha dipentaskan untuk membenarkan lebih banyak sanksi terhadap Moskow dan menggagalkan pembicaraan damai.
Pejabat Ukraina mengatakan bahwa setelah menarik diri dari pinggiran Kyiv, pasukan Rusia sekarang berkumpul kembali untuk mendapatkan kendali penuh atas wilayah timur Donetsk dan Luhansk yang memisahkan diri. Pelabuhan selatan Mariupol yang terkepung, juga menjadi sasaran. Masih sekitar 100 ribu warga sipil terjebak di kota ini.
"Evakuasi! Peluang menyelamatkan diri Anda dan keluarga Anda dari kematian Rusia semakin berkurang setiap hari," kata Serhiy Gaidai, gubernur wilayah Luhansk.
Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Malyar mengatakan bahwa sementara fokus Moskow sekarang adalah di timur, tujuan utamanya adalah untuk merebut seluruh Ukraina.
"Rusia berencana melakukan ini dengan cepat, tetapi serangan kilat Putin gagal. Meski begitu, Rusia tidak mengabaikan rencananya untuk mengambil seluruh wilayah Ukraina," katanya dalam keterangan pers melalui video .
Seorang pejabat senior militer Ukraina juga memperingatkan Rusia dapat memperbarui serangannya di ibu kota jika kampanyenya di Donetsk dan Luhansk terbukti berhasil.
Perang selama enam minggu telah memaksa lebih dari 4 juta orang Ukraina mengungsi ke luar negeri, membunuh atau melukai ribuan, membuat seperempat populasi kehilangan tempat tinggal, mengubah kota menjadi puing-puing dan memicu pembatasan Barat yang menargetkan ekonomi Rusia dan elit negara.
Tetapi Ukraina mengatakan sekutunya harus melangkah lebih jauh, menyerukan larangan total impor energi dari Moskow, menghentikan pasokan apa pun yang dapat digunakan Rusia dalam produksi senjata, dan pengiriman senjata berkelanjutan untuk pasukan Ukraina.
Reuters