TEMPO.CO, Jakarta -Bank Dunia telah membekukan empat proyek senilai US$600 juta atau sekitar Rp8,6 triliun di Afghanistan pada Rabu 30 Maret 2022, setelah Taliban melarang anak perempuan kembali ke sekolah umum menengah.
Seperti dilansir Daily Sabah, proyek-proyek itu didanai oleh Dana Perwalian Rekonstruksi Afghanistan (ARTF) yang siap untuk dijalankan oleh badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dana tersebut sebelumnya disiapkan untuk mendukung program bidang pertanian, pendidikan, kesehatan, dan mata pencarian.
Namun menurut panduan Bank Dunia, semua kegiatan yang didanai ARTF harus mendukung akses dan kesetaraan layanan bagi perempuan di Afghanistan.
Sebagai akibatnya, kata bank itu, keempat proyek akan dimintakan persetujuan dari para donor ARTF hanya "jika Bank Dunia dan mitra-mitra internasional memiliki pemahaman yang lebih baik menyangkut keadaan serta punya keyakinan bahwa tujuan proyek-proyek tersebut bisa dipenuhi."
Para pejabat Amerika Serikat pekan lalu membatalkan jadwal pertemuan dengan Taliban di Doha, Qatar, akibat keputusan Afghanistan melarang perempuan masuk sekolah menengah pertama.
Dewan eksekutif Bank Dunia pada 1 Maret lalu menyetujui rencana penggunaan dana ARTF sebesar US$1 miliar atau sekitar Rp14,34 triliun. Dana itu untuk mendukung program pendidikan, pertanian, kesehatan, dan keluarga di Afghanistan.
Pendanaan tersebut akan disalurkan tanpa melalui otoritas Taliban yang dikenai sanksi serta akan dicairkan melalui badan-badan PBB dan kelompok bantuan lainnya.
ARTF dibekukan pada Agustus 2021 ketika Taliban mengambil alih kekuasaan saat pasukan internasional pimpinan AS berangkat setelah menjalani 20 tahun masa perang. Pemerintah negara-negara asing juga mengakhiri bantuan keuangan untuk Afghanistan, yang menjadi sumber 70 persen pengeluaran pemerintah, hingga membuat ekonomi negara itu makin cepat runtuh.
Ketika dulu setuju menggelontorkan dana ARTF untuk berbagai proyek baru yang dijalankan oleh badan-badan PBB, Bank Dunia menetapkan syarat menyangkut perempuan. Syaratnya adalah "harus ada perhatian kuat untuk memastikan para perempuan Afghanistan berpartisipasi dan mendapatkan manfaat dari dukungan tersebut."
Baca juga: Demi Investasi China, Taliban Jaga Patung Buddha di Afghanistan
SUMBER: DAILY SABAH
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.