TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Volodymyr Zelensky menyerukan Rusia untuk melakukan pembicaraan damai komprehensif dan menghentikan invasinya ke Ukraina, jika tidak ingin menanggung sampai "beberapa generasi" untuk pulih dari kerugian akibat perang.
Sejak Presiden Vladimir Putin melancarkan serangan pada 24 Februari, pasukan Rusia mengalami kerugian besar dan kemajuan mereka sebagian besar terhenti, dengan barisan panjang pasukan yang menyerang Kyiv dihentikan di pinggiran kota.
Namun mereka telah mengepung kota-kota, meledakkan daerah perkotaan menjadi puing-puing, dan dalam beberapa hari terakhir mengintensifkan serangan rudal pada sasaran yang tersebar di Ukraina barat, jauh dari medan perang utama di utara dan timur negara itu.
Pada hari Sabtu, 19 Maret 2022, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan telah menghancurkan depot bawah tanah penyimpanan rudal dan amunisi pesawat di wilayah barat Ivano-Frankivsk menggunakan senjata hipersonik, rudal yang dapat melaju dengan lima kali kecepatan suara.
Rudal juga menghancurkan radio militer Ukraina dan pusat pengintaian di dekat pelabuhan Odessa, kata kantor berita Interfax mengutip kementerian itu.
Sejauh ini belum ada konfirmasi dari pemerintah Ukraina atas klaim serangan itu.
Pihak berwenang Ukraina mengatakan pada hari Sabtu bahwa mereka belum melihat perubahan signifikan selama 24 jam terakhir di daerah garis depan, mencatat kota-kota Mariupol, Mykolaiv dan Kherson di selatan dan Izyum di timur mengalami pertempuran sengit.
Lebih dari 3,3 juta pengungsi meninggalkan Ukraina melalui perbatasan baratnya, dengan 2 juta lainnya mengungsi di dalam negeri. Upaya untuk mengevakuasi warga sipil dari kota-kota yang dikepung melalui "koridor kemanusiaan" terus berlanjut.
Pihak berwenang Ukraina mengatakan mereka berharap untuk membuka 10 koridor seperti itu pada hari Sabtu.
Sanksi Barat untuk melumpuhkan ekonomi Rusia dan membuat mesin perangnya kekurangan pasokan, belum bisa menghentikan apa yang disebut Putin sebagai "operasi khusus" untuk melucuti senjata tetangganya dan membersihkannya dari "Nazi".
Kyiv dan sekutunya menyebut ini sebagai dalih tak berdasar untuk perang.
Kementerian Pertahanan Ukraina mengakui pada hari Jumat bahwa pihaknya "untuk sementara" kehilangan akses ke Laut Azov, hubungan strategis dengan Laut Hitam, setelah Rusia menguasai sekitar pelabuhan selatan Mariupol yang terkepung.
Ratusan ribu orang terperangkap di sana selama lebih dari dua minggu dengan aliran listrik, air dan panas yang terputus. Blok apartemen era Soviet diledakkan menjadi cangkang yang terbakar dan mayat-mayat yang tidak dikumpulkan di tengah puing-puing merupakan pemandangan umum.
Pejabat setempat mengatakan pertempuran telah mencapai pusat kota sementara penembakan embuat bantuan kemanusiaan tidak bisa masuk.
Petugas penyelamat masih mencari korban selamat dari teater Mariupol yang menurut otoritas setempat diratakan oleh serangan udara Rusia pada hari Rabu. Rusia membantah menyerang teater dan mengatakan tidak menargetkan warga sipil.
Reuters