TEMPO.CO, Jakarta - Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin, mengatakan perlunya memfilter informasi keliru atas kasus dugaan tindak rasisme terhadap warga Afrika dan non-kulit putih lain, yang terjadi di perbatasan saat invasi Rusia di negaranya.
Sebelumnya, muncul sejumlah pemberitaan tentang adanya diskriminasi terhadap warga non-
kulit putih di perbatasan Ukraina dan sejumlah negara tetangga, saat terjadi eskalasi serangan militer Rusia di Ukraina. Warga non-kulit putih tersebut, diantaranya berasal dari Nigeria, India, dan Lebanon.
Ketua Uni Afrika sekaligus Presiden Senegal Macky Sall, dan ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat mengatakan pada Rabu, 2 Maret 2022, bahwa mereka sangat terganggu oleh laporan bahwa warga Afrika, yang ada di sisi perbatasan Ukraina ditolak haknya untuk melintasi perbatasan.
Orang-orang berjalan untuk naik kereta evakuasi dari Kyiv ke Lviv di stasiun kereta pusat Kyiv di tengah invasi Rusia ke Ukraina, di Kyiv, Ukraina, 4 Maret 2022. REUTERS/Gleb Garanich
"Jadi, Kita harus menyaring ini. Kita harus memilih, dan berpikir karena tidak ada (rasisme), (hanya) disinformasi," kata Hamianin saat wawancara khusus dengan Tempo di kantornya pada Jum'at, 4 Maret 2022.
Masalah tertentu di perbatasan, menurut Hamianin, bisa saja terjadi, seperti prioritas terhadap perempuan atau anak-anak, tetapi tidak untuk ras. Oleh karenanya, dia menegaskan kepada semua pihak, untuk memahami konteks masalah dan tidak mengeksploitasi sudut tertentu.
Sedangkan Juru bicara Komisi Uni Eropa (UE) Anitta Hippe menyerukan pada Kamis, 3 Maret 2022, agar semua orang yang melarikan diri dari perang di
Ukraina diizinkan masuk ke wilayah UE, terlepas dari kebangsaan, etnis, atau warna kulit mereka.
Selalu update
info terkini. Simak breaking news
dan berita pilihan dari Tempo.co
di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install
aplikasi Telegram terlebih dahulu.