"Bank-bank Eropa juga masih dapat membiayai impor energi, jadi mengapa bank-bank Cina tidak melakukannya jika bank-bank Eropa akan melakukannya, setidaknya sejauh ini?” katanya kepada Aljazeera.
Beijing memang dinilai akan sulit menemukan keseimbangan, seandainya AS dan sekutunya mendorong sanksi yang lebih berat ke jalurnya. Dampak Ekonomi terhadap Rusia juga akan sangat terasa. Tetapi, beberapa faktor mungkin juga akan menguatkan hubungan keduanya.
Contohnya, di tengah sanksi yang diperkirakan akan memberikan pukulan signifikan terhadap ekonomi Rusia, negeri Beruang Merah masih membuat khawatir negara-negara Barat akan jaminan energi yang dibutuhkannya. Rusia adalah negara dengan produsen minyak terbesar ketiga di dunia dan produsen gas alam terbesar kedua, yang menyediakan sekitar 40 persen pasokan gas alam Eropa.
Seorang ekonom Asia di Natixis, Gary Ng, mengatakan sanksi saat ini memberi China ruang yang cukup besar untuk melanjutkan perdagangan sah dengan Rusia. Dengan dukungan Cina, tekanan terhadap Rusia pasti akan berkurang, terutama untuk hubungan keuangan. "Rusia terisolasi dan Cina adalah satu-satunya negara dengan kapasitas ekonomi yang dapat menawarkan bantuan, ”kata Ng kepada Al Jazeera.
Menurut Ng, momen sulit sebenarnya akan datang jika AS memperluas cakupan dan memberlakukan sanksi sekunder. Dia memprediksi akan terjadi tarik-menarik antara dukungan China untuk Rusia dengan Barat yang bersedia menekan atau memberikan sanksi sekunder pada China mengingat perannya yang besar dalam perdagangan global.
Baca: Uni Eropa Jatuhkan Sanksi terhadap Jubir dan Kolega Putin
AL JAZEERA