Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pakar Ingatkan Ancaman Pembunuhan Massal Umat Muslim India, Seperti Rohingya

Reporter

image-gnews
Para pelayat Muslim Syiah melukai diri mereka sendiri selama prosesi Muharram menjelang Asyura di Ahmedabad, India, 17 Agustus 2021. Asyura menjadi hari berkabung bagi kalangan Syi'ah atas wafatnyaa Husain bin Ali, cucu dari Nabi  Muhammad pada Pertempuran Karbala tahun 61 Hijriah. REUTERS/Amit Dave
Para pelayat Muslim Syiah melukai diri mereka sendiri selama prosesi Muharram menjelang Asyura di Ahmedabad, India, 17 Agustus 2021. Asyura menjadi hari berkabung bagi kalangan Syi'ah atas wafatnyaa Husain bin Ali, cucu dari Nabi Muhammad pada Pertempuran Karbala tahun 61 Hijriah. REUTERS/Amit Dave
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pembunuhan besar-berasan terhadap muslim di India bisa saja terjadi. Menurut Gregory Stanton, pendiri sekaligus Direktur Genocide Watch, selama pengarahan kongres Amerika Serikat, tanda dan proses awal genosida di negara bagian Assam, India, dan Kashmir di India mulai tampak.

“Kami memperingatkan bahwa genosida bisa saja terjadi di India,” kata Stanton.

Stanton mengatakan genosida bukanlah sebuah peristiwa tetapi sebuah proses terhadap kebijakan Perdana Menteri India Narendra Modi. Kebijakan diskriminatif juga dilakukan oleh pemerintah Myanmar terhadap Muslim Rohingya pada 2017.

Di antara kebijakan yang dikutip adalah pencabutan status otonomi khusus Kashmir yang dikelola India pada 2019. Selain itu adanya Undang-Undang Amendemen Kewarganegaraan di tahun yang sama, yang memberikan kewarganegaraan kepada minoritas agama namun mengecualikan umat Islam.

Stanton, mantan dosen studi genosida dan pencegahan di Universitas George Mason di Virginia, mengatakan dia khawatir skenario serupa dengan Myanmar diterapkan di India. Di Myanmar, Rohingya pertama kali secara hukum dinyatakan bukan warga negara dan kemudian diusir melalui kekerasan dan genosida. "Apa yang kita hadapi sekarang adalah jenis plot yang sangat mirip," katanya.

Stanton mengatakan ideologi Hindutva bertentangan dengan sejarah India dan konstitusi India. Ia juga menyebut Modi sebagai ekstremis yang telah mengambil alih pemerintahan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada 1989, Stanton mengatakan telah memperingatkan presiden Rwanda saat itu Juvénal Habyarimana bahwa akan terjadi genosida di negara tersebut. "Jika Anda tidak melakukan sesuatu untuk mencegah genosida di negara Anda, akan ada genosida di sini dalam waktu lima tahun," katanya mengenang percakapannya saat itu. “Kita tidak bisa membiarkan itu terjadi di India,” kata Stanton.

Genocide Watch mulai memperingatkan genosida di India pada 2002, ketika periode tiga hari kekerasan antar-komunal di negara bagian Gujarat di India barat mengakibatkan pembunuhan lebih dari 1.000 Muslim.

Baca: Kasus Corona di India Turun Drastis, Rumah Sakit Kosong

AL JAZEERA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kisah Dokter Gigi dari Universitas Gaza, Awalnya Bahagia Kini Hidup Terasa Hampa

11 jam lalu

Dua anak perempuan menangis setelah serangan udara Israel terhadap rumah-rumah di Rafah di selatan Jalur Gaza 12 Desember 2023. Setidaknya dua ibu terbunuh setiap 60 menit, sementara tujuh perempuan terbunuh setiap dua jam di daerah kantong yang terkepung tersebut, kata para dokter di wilayah tersebut kepada organisasi tersebut. REUTERS/Fadi Shana
Kisah Dokter Gigi dari Universitas Gaza, Awalnya Bahagia Kini Hidup Terasa Hampa

Naim berasal dari keluarga dokter dan dokter gigi. Dia hidup gelimang kebahagiaan, namun penjajahan Israel telah membuat hidupnya hampa.


Temuan Kuburan Massal, Bisakah Menjadi Bukti Kejahatan Perang Israel?

2 hari lalu

Orang-orang bekerja untuk memindahkan jenazah warga Palestina yang terbunuh selama serangan militer Israel dan dimakamkan di rumah sakit Nasser, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 21 April 2024. REUTERS/  Ramadhan Abed
Temuan Kuburan Massal, Bisakah Menjadi Bukti Kejahatan Perang Israel?

Penemuan kuburan massal di dua rumah sakit di Gaza telah memicu seruan kepala HAM PBB dan pihak lainnya untuk penyelidikan internasional.


Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

2 hari lalu

Koalisi mahasiswa Universitas Michigan berkumpul di sebuah perkemahan di Diag untuk menekan universitas tersebut agar melepaskan dana abadinya dari perusahaan-perusahaan yang mendukung Israel atau dapat mengambil keuntungan dari konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di kampus perguruan tinggi Universitas Michigan  di Ann Arbor, Michigan, AS, 22 April 2024. REUTERS/Rebecca Cook
Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

Berbagi kampus di Amerika Serikat unjuk rasa mendukung Palestina dengan tuntutan yang seragam soal protes genosida di Gaza.


Tolak Proyek Cloud untuk Israel, 50 Karyawan Google Akhirnya Dipecat

3 hari lalu

Kantor pusat Google di Mountain View, California, Amerika Serikat. (theverge.com)
Tolak Proyek Cloud untuk Israel, 50 Karyawan Google Akhirnya Dipecat

Google menjalin kerja sama dengan Israel lewat kontrak Project Nimbus untuk layanan komputasi awan atau cloud senilai hampir Rp 20 triliun.


Temuan Fosil, Ular Raksasa Vasuki Indicus Saingi Ukuran Titanoboa

5 hari lalu

Ilustrasi ular dari keluarga MadtsoiidaeNewscientist.com/dimodifikasi dari nixillustration.com
Temuan Fosil, Ular Raksasa Vasuki Indicus Saingi Ukuran Titanoboa

Para penelitinya memperkirakan kalau ular tersebut dahulunya memiliki panjang hingga 15 meter.


Kepala Negara yang Ditangkap dan Diadili Mahkamah Pidana Internasional atau ICC, Berikutnya Netanyahu?

5 hari lalu

Slobodan Milosevic [Strategic Culture Foundation]
Kepala Negara yang Ditangkap dan Diadili Mahkamah Pidana Internasional atau ICC, Berikutnya Netanyahu?

PM Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan beberapa negara ke ICC atas genosida Gaza, Palestina. Berikut pemimpin dunia pernah diadili ICC?


Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

7 hari lalu

Maung Zarni. Rohringya.org
Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976


Pemilu India Dimulai, Narendra Modi Incar Masa Jabatan Ketiga yang Bersejarah

9 hari lalu

Seorang pria memberikan suaranya di tempat pemungutan suara di desa Nongriat, selama tahap pertama pemilu, di Shillong di negara bagian Meghalaya, India, 19 April 2024. REUTERS/Adnan Abidi
Pemilu India Dimulai, Narendra Modi Incar Masa Jabatan Ketiga yang Bersejarah

Jika menang, Narendra Modi akan menjadi perdana menteri kedua yang terpilih tiga kali berturut-turut, setelah Jawaharlal Nehru.


Rumah Aktor Bollywood Salman Khan Diberondong Peluru Gangster, Sebelumnya Terima Ancaman Pembunuhan

9 hari lalu

Salman Khan. AP
Rumah Aktor Bollywood Salman Khan Diberondong Peluru Gangster, Sebelumnya Terima Ancaman Pembunuhan

Dua lelaki memberondong rumah aktor India Salman Khan di daerah Mumbai Bandra, belum lama ini. Bintang Bollywood ini pernah dapat ancaman pembunuhan.


Vivo T3x 5G Resmi Diluncurkan di India, Ini Spesifikasinya

10 hari lalu

vivo ekspansi bisnis ke 6 negara Eropa.
Vivo T3x 5G Resmi Diluncurkan di India, Ini Spesifikasinya

Vivo T3x 5G ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 6 Gen 1.