TEMPO.CO, Jakarta - NATO dan Rusia tidak mencapai kata sepakat dalam pembicaraan mengenai krisis Ukraina di Brussels, Rabu, 12 Januari 2022. Satu hal yang paling mengganjal adalah masalah Ukraina dan keanggotaan NATO.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan aliansi itu bersedia untuk mengadakan pembicaraan senjata tetapi tidak akan membiarkan Moskow memveto ambisi Ukraina untuk bergabung dengan NATO suatu hari nanti - sebuah tuntutan inti Rusia.
"Ada risiko nyata untuk konflik bersenjata baru di Eropa," kata Stoltenberg dalam konferensi pers.
NATO menyatakan bersedia berbicara dengan Rusia tentang pengendalian senjata dan penyebaran rudal untuk menghindari risiko perang di Eropa, tetapi Moskow mengatakan situasinya "sangat berbahaya" dan jalan ke depan tidak jelas.
Perbedaan antara posisi Rusia dan Amerika Serikat serta sekutunya tampak sama tajamnya seperti biasa setelah empat jam pembicaraan di Brussel, upaya kedua minggu ini untuk meredakan krisis yang dipicu oleh penumpukan pasukan Rusia di dekat Ukraina.
"Ada perbedaan signifikan antara sekutu NATO dan Rusia," kata Stoltenberg. "Perbedaan kita tidak akan mudah untuk dijembatani."
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko mengatakan Moskow siap untuk berbicara tentang pengerahan senjata dan langkah-langkah verifikasi, tetapi tidak akan membiarkan proposalnya dipilih.
Pada konferensi pers yang panjang, Grushko mengatakan Rusia tidak dapat menganggap serius klaim NATO sebagai aliansi pertahanan yang tidak menimbulkan ancaman baginya, dan mengatakan akan menanggapi secara simetris setiap upaya untuk menahan atau mengintimidasinya.
“Jika ada pencarian kerentanan di sistem pertahanan Rusia, maka akan ada juga pencarian kerentanan di NATO,” katanya.
"Ini bukan pilihan kita, tapi tidak akan ada jalan lain jika kita gagal membalikkan arah kejadian yang sangat berbahaya saat ini."
Grushko kemudian mengatakan Rusia akan menggunakan sarana militer untuk menetralisir ancaman keamanan jika diplomasi terbukti tidak memadai.
REUTERS