TEMPO.CO, Jakarta - Inflasi Turki pada Desember 2021 lalu tercatat sebesar 36,1 persen. Angka itu adalah yang tertinggi dalam 19 tahun kepemimpinan Presiden Tayyip Erdogan.
Inflasi yang menembus 36,1 persen, juga menggambarkan dalamnya krisis mata uang dalam Pemerintahan Erdogan, yang memberlakukan kebijakan unorthodox interest rate-cutting.
Presiden Turki Tayyip Erdogan di Sochi, Rusia 29 September 2021. Sputnik/Vladimir Smirnov/Pool via REUTERS
Pada Desember 2021, data dari Turkish Statistical Institute memperlihatkan harga-harga melonjak sampai dua digit atau naik 13,58 persen. Kondisi ini membuat masyarakat Turki harus mengambil uang tabungan mereka atau mencari penghasilan lebih banyak.
Pada tahun lalu, nilai mata uang Turki terpangkas sampai 44 persen menyusul kebijakan Bank Sentral Turki yang memotong suku bunga. Ketika itu, Presiden Erdogan ingin memprioritaskan kredit dan ekspor ketimbang
mata uang serta stabilitas harga.
Pada Senin, 3 Januari 2022, mata uang lira anjlok sampai 5 persen. Namun sekitar pukul 17.34, naik lagi 3 persen atau 13.079 terhadap mata uang USD.
Sejumlah ekonom memproyeksikan inflasi bisa menembus angka sampai 50 persen pada musim semi nanti, jika kebijakan moneter Turki tidak direvisi. Sedangkan Goldman Sachs sebelumnya memperkirakan inflasi Turki akan di atas 40 persen sepanjang tahun.
Sumber : reuters
Iklan
Baca juga: Sandiaga Rekomendasikan 3 Wisata Balon Udara di Dalam Negeri Seperti Cappadocia
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.