Setelah kalah perang, Arafat memindahkan operasi ke Yordania, dan terus mengembangkan PLO. Setelah diusir oleh Raja Hussein, Arafat memindahkan PLO ke Libanon. Arafat menjadi dalang perlawanan terhadap Israel.
PLO diusir dari Lebanon pada awal 1980-an. Arafat kemudian meluncurkan gerakan protes intifada terhadap pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Intifada ditandai dengan kekerasan terus-menerus di jalan-jalan dengan pembalasan Israel.
Pada 1988 Arafat memberikan pidato di PBB yang menyatakan bahwa semua pihak yang terlibat dapat hidup bersama dalam damai, menandai perubahan bagi Arafat dan PLO. Proses perdamaian yang dihasilkan mengarah pada Persetujuan Oslo tahun 1993, yang memungkinkan pemerintahan Palestina yang merdeka dan pemilihan umum di wilayah Palestina dengan Arafat yang terpilih sebagai presiden.
Arafat dan Shimon Peres dari Israel dan Yitzhak Rabin pada 1994 menerima Hadiah Nobel Perdamaian. Tahun berikutnya mereka menandatangani perjanjian Oslo II, yang meletakkan dasar bagi serangkaian perjanjian damai antara PLO dan Israel, termasuk Protokol Hebron pada 1997, Memorandum Sungai Wye pada 1998, Kesepakatan Camp David pada 2000 dan “peta jalan untuk perdamaian” pada 2002.
Baca: Suha Arafat, Abu Ammar, dan Pernikahan yang Mengejutkan
HENDRIK KHOIRUL MUHID | EK