TEMPO.CO, Jakarta - Bertepatan dengan hari ini, 17 stahun silam, pemimpin Palestina Yasser Arafat meninggal dunia di Rumah Sakit Militer Percy, dekat Paris. Arafat meninggal saat berusia 75 pada 11 November 2004, setelah mengeluh sakit perut di kantor pusatnya di Kota Ramallah, Tepi Barat.
Arafat dinyatakan meninggal akibat gangguan darah. Namun pemeriksaan barang-barang miliknya dan penggalian kerangkanya untuk analisis lebih lanjut pada 2012 menunjukkan ia mungkin telah diracun dengan radioaktif polonium-210.
Melansir dari reuters.com, Arafat menghabiskan bulan-bulan terakhir hidupnya bersembunyi di sebuah kompleks bekas pertempuran di kota Ramallah Tepi Barat, dikelilingi oleh tank-tank Israel. Di dalam gedung, sekelompok ajudan inti mengurus setiap kebutuhan pemimpin mereka yang sudah lanjut usia.
Laporan Institut Fisika Radiasi Rumah Sakit Universitas Lausanne menyatakan bahwa Arafat jatuh sakit parah sekitar empat jam setelah makan pada 12 Oktober 2004. Dia tidak pernah pulih dan meninggal sebulan kemudian di sebuah rumah sakit Paris pada usia 75.
Sebelum kematian suaminya, Suha Arafat yang melarikan diri dari Wilayah Palestina dengan putri kecil mereka setelah pecahnya pemberontakan melawan pendudukan Israel pada 2000, tidak bertemu dengan Arafat selama tiga tahun menjenguk suaminya.
Kepada Al-Jazeera, Suha mengatakan kematian suaminya menyimpan konspirasi. “Saya meminta Anda untuk menyadari ruang lingkup konspirasi. Mereka mencoba mengubur Abu Ammar (Arafat) hidup-hidup.”
Sembilan tahun kemudian, pada 2012, Suha Arafat bersuara lagi. Ia meminta penyelidikan di pengadilan Prancis. Ia menuduh seseorang dari lingkaran dalam pemimpin Palestina itu telah meracuni suaminya.
Tuduhan Suha dilayangkan setelah ahli forensik Swiss, yang melakukan tes dari sampel yang diambil pada jenazah Arafat, menemukan bahwa Arafat memiliki tingkat radioaktif polonium 18 kali lebih tinggi dari biasa.
Tuduhan Suha Arafat, disiarkan di seluruh penjuru Arab, dan membangkitkan kembali kontroversi lama di Otoritas Palestina. Kelompok ilmuwan yakin 83 persen bahwa pemimpin Palestina itu diracun dengan polonium.
Banyak rakyat Palestina percaya bahwa Israel yang telah meracuni Arafat dan menuduh Rezim Zionis membunuhnya sebelum ini.
Dilansir dari Antara, pada 2013, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mendesak dilakukannya penyelidikan internasional mengenai kematian pendahulunya Yasser Arafat pada 2004. Dalam kunjungannya ke Kairo, Mesir pada November 2013, Abbas meminta Sekretaris Jenderal Liga Arab agar mengaktifkan resolusi lama organisasi itu untuk membentuk komite penyelidikan internasional mengenai kematian Arafat.
Pada 2015, Tim investigasi Palestina yang menyelidiki misteri kematian Yasser Arafat, mengklaim mantan pemimpin Palestina itu dibunuh Israel. Hasil investigasi itu menyebutkan Arafat dibunuh di rumah sakit militer di Paris, Prancis.
"Komite penyelidikan telah mengidentifikasi pembunuh mantan Presiden Yasser Arafat, dan Israel bertanggung jawab soal itu," kata Ketua Investigasi Tawfiq Tirawi, pada Rabu, 11 November 2015, seperti dilansir laman Al-Araby.
Dilansir dari theguardian.com, Israel dengan keras menyangkal peran apa pun dalam kematian Arafat, dengan mengatakan bahwa mereka secara politik telah mengisolasinya pada saat itu dan tidak memiliki alasan untuk membunuhnya. “Biarkan saya menyatakan ini sesederhana yang saya bisa: Israel tidak membunuh Arafat,” kata juru bicara kementerian luar negeri Israel Yigal Palmor.
Orang-orang Palestina, kata Palmor, harus menghentikan omong kosong ini. "Dan berhenti mengangkat tuduhan tak berdasar ini tanpa bukti apa pun.”
Baca: 28 Mei 1964, Pertama Kali Yasser Arafat Umumkan Organisasi Pembebasan Palestina
HENDRIK KHOIRUL MUHID | EK