TEMPO.CO, Jakarta - Serangan pesawat tak berawak atau drone AS pada Agustus 2021 di Kabul yang menewaskan 10 warga sipil tidak disebabkan oleh kelalaian kriminal tetapi serangkaian kesalahan, termasuk tidak memperhatikan kehadiran seorang anak beberapa menit sebelum tembakan, demikian hasil penyelidikan Inspektorat Jenderal Angkatan Udara AS.
Serangan 29 Agustus itu menewaskan 10 warga sipil, termasuk tujuh anak-anak, dalam insiden yang sebelumnya disebut militer sebagai "kesalahan tragis".
Awalnya, Pentagon mengatakan serangan itu menargetkan seorang pengebom bunuh diri ISIS yang menjadi ancaman bagi pasukan pimpinan AS di bandara saat mereka menyelesaikan tahap terakhir penarikan dari Afghanistan.
Serangan itu terjadi beberapa hari setelah seorang pembom bunuh diri ISIS menewaskan 13 tentara AS dan sejumlah warga sipil Afghanistan yang berkerumun di luar gerbang bandara untuk bisa meninggalkan Kabul menyusul kemenangan Taliban.
Penyelidikan oleh inspektur jenderal Angkatan Udara mengatakan serangan salah sasaran itu disebabkan oleh kesalahan eksekusi, menafsirkan informasi yang mendukung sudut pandang tertentu, dan gangguan komunikasi.
"Ini kesalahan yang disesalkan. Ini kesalahan yang diakui," kata Letnan Jenderal Sami Said, inspektur jenderal Angkatan Udara, kepada wartawan, Rabu, 3 November 2021.
Ia mengatakan, ketika memeriksa data dan rekaman video, ditemukan bukti satu anak di dekat sasaran sekitar dua menit sebelum pelatuk ditarik pada serangan drone.
Namun dia menambahkan bahwa dia memperhatikan kehadiran anak itu dengan baik setelah kejadian.
Said tidak merekomendasikan tindakan disipliner tetapi mengatakan akan tergantung pada komandan untuk membuat keputusan tentang tindakan pertanggungjawaban yang harus diambil.
Steven Kwon, salah satu pendiri dan presiden Nutrition and Education International, yang pegawainya menjadi korban salah sasaran, mengatakan penyelidikan itu "sangat mengecewakan dan tidak memadai."
"Menurut Inspektur Jenderal, ada kesalahan tetapi tidak ada yang salah, dan saya bertanya-tanya, bagaimana bisa?" kata Kwon dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Reuters.
Sebelumnya, Pentagon menawarkan ganti rugi berupa uang belasungkawa kepada keluarga 10 warga sipil yang tewas akibat serangan salah sasaran di Kabul, Agustus 2021. Tidak dijelaskan berapa nilai uang duka cita itu,