TEMPO.CO, Jakarta - Seorang gadis remaja Israel, Shahar Perets rela masuk penjara sebanyak tiga kali karena menolak menjadi tentara. Dia baru saja menghabiskan ulang tahunnya yang ke-19 di balik jeruji penjara.
Perets menggambarkan kondisi di penjara. Dia dilarang menuliskan pikiran dan pengalamannya oleh penjaga penjara. Dia hanya diizinkan menggunakan pena selama 10 menit per hari.
"Militer tidak ingin saya menulis, berbicara, atau membagikan pemikiran saya. Mereka mencoba membungkam saya," kata Perets kepada pendukungnya melalui surat elektronik kepada BBC seperti dilansir dari Middle East Monitor.
Dia melanjutkan, pembungkaman para penolak politik merupakan bagian kecil dari tindakan keras Israel yang membungkam perjuangan rakyat Palestina untuk hak asasi manusia di Tepi Barat dan Gaza.
Dalam sebuah wawancara dengan BBC yang dilansir Middle East Monitor, orang tua Perets sepenuhnya mendukung keputusan dia menolak wajib militer. "Beberapa orang menyebut saya pengkhianat atau mengatakan saya tidak peduli dengan rakyat Israel," ujarnya.
Dia melanjutkan memutuskan menolak bergabung dengan tentara karena tak mau menjadi bagian menindas rakyat Palestina. "Saya memutuskan untuk menolak bergabung dengan tentara karena saya tidak mau ambil bagian dalam penindasan jutaan orang yang tinggal di Tepi Barat dan Gaza," katanya.
Dia melanjutkan sebelum direkrut menjadi tentara, kebanyakan orang tidak bertanya pada diri sendiri apakah ingin bergabung dengan tentara atau tidak. Tak banyak pula orang yang bertanya mengapa ingin direkrut." "Jadi hal ini benar-benar revolusioner."
Shahar Perets pertama kali memulai perjalanannya di usia 12 tahun ketika menghadiri kamp musim panas bersama Israel-Palestina. Kamp musim panas itu berjudul "Keluarga Bereaved Israel-Palestina Untuk Perdamaian".
Dia mengatakan kepada The New Arab dalam sebuah wawancara bahwa dia tak hidup dengan cara yang sama dengan rakyat Israel. "Bahwa (orang-orang Palestina) tidak memiliki kemampuan bergerak seperti yang diinginkan, untuk berjalan-jalan dengan perasaan aman, atau untuk pergi tidur tanpa takut bahwa seorang pria dengan senjata akan berdiri di depan tempat tidur mereka," katanya.
Shahar Perets bukan yang pertama masuk penjara karena menolak menjadi tentara. Israel sebelumnya juga memenjarakan Hallel Rabin, gadis berusia 19 tahun pada Januari lalu.
Rabin harus menghabiskan 56 hari di dalam sel tahanan karena menolak menyelesaikan wajib militer. Keputusannya ini dinilai rakyat Israel sebagai tindakan tak bermoral dan pengkhianatan terhadap negara.
Baca: Mahasiswa Israel dan Palestina Ikut Kencan Kilat untuk Pertukaran Bahasa
MIDDLE EAST MONITOR
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.