TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Kehakiman Cina, Fu Zhenghua ditangkap lembaga pemberantas korupsi. Ia dituduh melanggar disiplin Partai Komunis Cina, demikian laporan sejumlah media setempat yang dikutip ANTARA Beijing, Selasa, 5 Oktober 2021.
Pria berusia 66 tahun itu menjabat menteri kehakiman pada Maret 2018-April 2020 sebelum menduduki pos penting di Komite Nasional Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat Cina (CPPCC) atau semacam MPR.
Baca Juga:
Media di Cina sebelumnya melaporkan Fu sedang kunjungan kerja ke Kota Chongqing pada pertengahan September, saat Komite Nasional CPPCC menyelidiki pola pembinaan perlindungan peradilan hak dan kepentingan anak di bawah umur.
Fu termasuk pejabat senior yang cukup ahli di bidang keamanan publik setelah terlibat dalam penyelidikan berbagai kasus sejak masih menempati pos di Biro Keamanan Publik Kota Beijing.
Beberapa bulan setelah menjabat kepala Kepolisian Beijing pada Februari 2010, berbagai kelab malam top di wilayah Ibu Kota itu ditutup karena menjadi ajang prostitusi.
Dia kemudian dipromosikan sebagai deputi Menteri Keamanan Publik atau semacam kepolisian nasional sebelum diangkat sebagai Menkeh pada Maret 2018.
Fu ditangkap beberapa hari setelah mantan Wakil Menteri Keamanan Publik Sun Lijun dicopot dari jabatannya dan dari CPC atas dugaan pelanggaran disiplin.
Tidak disebutkan kasus dugaan korupsi yang menjeratnya.
Menurut CNN, penangkapan Fu mengejutkan karena selama ini ia dikenal sebagai orang dekat Presiden Xi Jinping.
Pada 2013, Xi menunjuknya untuk memimpin penyelidikan korupsi terhadap Zhou Yongkang, mantan pimpinan keamanan Cina dan pensiunan anggota Komite Tetap Politbiro. Zhou dipenjara seumur hidup pada 2015 karena korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.
Kesediaannya untuk menantang kepentingan bisnis keluarga penguasa membuatnya mendapatkan pujian di media pemerintah dan kepercayaan dari para pemimpin.
Tapi Fu tidak hanya menghadapi elit politik yang korup. Sebagai wakil menteri keamanan publik, pada tahun 2013 ia melancarkan tindakan keras terhadap para pemimpin opini di situs media sosial Weibo, menahan beberapa netizen terkenal dengan banyak pengikut.
Dia juga bertanggung jawab atas penangkapan pengacara dan aktivis hak asasi manusia secara nasional pada tahun 2015, dalam apa yang dikenal sebagai "penumpasan 709," menurut kalangan dekat dengan pengacara yang ditahan.
Menyusul berita tentang kejatuhannya, beberapa jurnalis investigasi veteran mengatakan di media sosial bahwa mereka telah menjadi sasaran Fu karena laporan dengan topik mulai dari penahanan ilegal para pembuat petisi hingga korupsi pemerintah daerah.
Yu Jianrong, seorang sosiolog Tiongkok terkemuka di Akademi Ilmu Sosial Tiongkok, sebuah lembaga pemikir pemerintah, menuduh Fu mencoba membungkamnya pada 2010 karena mengungkap dugaan penganiayaan Beijing terhadap para pemohon petisi.
"Target tindakan keras Fu Zhenghua adalah orang-orang di inti masyarakat sipil China. Oleh karena itu, seluruh sektor intelektual negara itu dan masyarakat luas semuanya senang dengan kejatuhannya," kata Wu Qiang, seorang analis politik di Beijing.