TEMPO.CO, Jakarta - Presiden AS Joe Biden berbicara melalui telepon dengan timpalannya dari Cina Xi Jinping selama sekitar 90 menit pada Kamis, 9 September 2021.
Seorang pejabat senior Amerika Serikat mengatakan, kedua pemimpin membahas perlunya menghindari persaingan antara dua ekonomi terbesar dunia itu berubah menjadi konflik.
Hubungan antara Washington dan Beijing telah berada pada titik terendah dalam beberapa dekade. Sejak Biden menjabat Januari lalu, baru dua kali mereka melakukan panggilan telepon.
Gedung Putih mengatakan kedua pemimpin terlibat "diskusi luas dan strategis," termasuk "bidang di mana kepentingan kami bertemu, dan bidang di mana kepentingan, nilai, dan perspektif kami berbeda."
Percakapan itu berfokus pada masalah ekonomi, perubahan iklim, dan Covid-19, kata pejabat senior AS itu pada Reuters.
Media pemerintah Cina mengatakan percakapan itu "terus terang" dan "mendalam". Disebutkan bahwa Presiden Xi mengatakan kebijakan AS terhadap Cina menimbulkan kesulitan besar pada hubungan kedua negara.
Laporan Cina menambahkan bahwa kedua belah pihak sepakat untuk menjaga kontak yang sering dan meminta tim tingkat kerja untuk meningkatkan komunikasi.
Pertemuan tingkat tinggi yang digelar sesekali sejak panggilan telepon pertama Xi dan Biden pada bulan Februari, hanya menghasilkan sedikit kemajuan dalam banyak masalah, mulai dari perubahan iklim, hingga hak asasi manusia, dan transparansi tentang asal usul Covid-19.
Selama bulan-bulan berikutnya, kedua belah pihak tetap saling serang dalam pernyataan publik, menjatuhkan sanksi pada pejabat masing-masing dan mengkritik lawan karena tidak menegakkan kewajiban internasional mereka.
"Presiden Biden menggarisbawahi kepentingan abadi Amerika Serikat dalam perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di Indo-Pasifik dan dunia dan kedua pemimpin membahas tanggung jawab kedua negara untuk memastikan persaingan tidak mengarah ke konflik," kata pernyataan itu.
Pemerintahan Biden, yang disibukkan oleh penarikan pasukan AS dari Afghanistan, mengisyaratkan bahwa mengakhiri perang terpanjang Amerika akan memberi para pemimpin politik dan militer AS ruang untuk fokus pada ancaman yang lebih mendesak yang berasal dari kebangkitan cepat Cina.
Beijing dengan cepat memanfaatkan kegagalan AS di Afghanistan untuk mencoba menggambarkan Amerika Serikat sebagai mitra yang berubah-ubah dan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi mengatakan bulan lalu bahwa Washington seharusnya tidak mengharapkan kerja sama Cina dalam hal itu atau masalah lain jika hanya mencoba untuk "menahan dan menekan" Cina.