TEMPO.CO, Jakarta - Istilah “umur hanyalah angka” sepertinya patut disematkan untuk dedengkot heavy metal asal Inggris, Iron Maiden. Di usia 46 tahun band tersebut, setiap personilnya masih produktif dalam penggarapan album. Hal ini terbukti setelah 3 September 2021 lalu mereka merilis album yang bertajuk Senjutsu.
Senjutsu menjadi album studio ke-17 band yang termasuk dalam New Wave of British Heavy Metal (NWOBHM). Album yang dirilis melalui Parlophone Records (BMG di AS) ini direkam di Paris dengan produser lama Kevin Shirley dan bassis Iron Maiden, Steve Harris. Terakhir kali Iron Maiden mengeluarkan album studio pada 2015 yang bertajuk The Book of Souls.
Album baru Iron Maiden ini memiliki arti “taktik dan strategi” yang sudah mereka kerjakan sejak awal 2019 pada saat jeda tur Legacy. Untuk pemilihan studio sendiri menjadi salah satu taktik dan strategi Maiden dalam pembuatan album bari ini.
Menukil kanal resmi Iron Maiden, Steve Harris mengatakan, “Kami memilih untuk merekam di Guillaume Tell Studio di Prancis lagi karena tempat ini memiliki suasana yang santai. Pengaturan di sana sempurna untuk kebutuhan kami; bangunan ini dulunya adalah bioskop dan memiliki langit-langit yang sangat tinggi sehingga ada suara akustik yang bagus.”
Tidak bisa dipungkiri, tatanan suara dan vibe yang dihasilkan dalam album ini menyatu dengan tema musik yang mereka bawakan. Hal ini pula yang menjadikannya refreshment baik untuk setiap personil maupun penggemar Iron Maiden. Jika band-band seusianya ketika mengeluarkan album baru dengan formula yang sama seperti mereka pertama kali muncul, Iron Maiden berani menampilkan sisi “liar” dan membawa angin segar bagi penikmat musik Metal.
Terkait proses pengerjaan album, Steve Harris mengungkapkan bahwa pengerjaan tidak berbeda dengan album sebelumnya. Mereka menulis lagu, melatihnya, kemudian langsung menggabungkan ide-ide tersebut. Pendiri Iron Maiden itu juga mengatakan bahwa pembuatan album ini juga cukup kompleks.
“Ada beberapa lagu yang sangat kompleks di album ini yang membutuhkan banyak kerja keras untuk membuatnya persis seperti yang kami inginkan, jadi prosesnya terkadang sangat menantang, tetapi Kevin (Shirley) hebat dalam menangkap esensi band dan menurut saya itu sepadan dengan karyanya,” tambahnya.
Adapun track list dalam album ini yaitu, Senjutsu, Stratego, The Writing On The Wall, Lost In A Lost World, Days Of Future Past, The Time Machine, Darkest Hour, Death Of The Celts, The Parchment, dan Hell On Earth. Album ini dibagi menjadi side A dan B.
Seperti judulnya yang membawa unsur Jepang, lagu-lagu di album Senjutsu ini juga menampilkan banyak riff-riff bernuansa Jepan yang cadas nan catchy. Riff tersebut dapat dijumpai di beberapa lagu seperti Senjutsu, The Time Machine, dan The Parchment. Selain itu, Eddie, maskot mereka yang biasa mengisi setiap cover album Iron Maiden juga menggunakan atribut laiknya seorang samurai.
Vokalis Iron Maiden, Bruce Dickinson, mengatakan, “Tentu saja pandemi lebih banyak menunda begitu banyak untuk rencana terbaik—atau haruskah itu menjadi 'strategi'!? Lagu-lagunya sangat bervariasi, dan beberapa di antaranya cukup panjang. Ada juga satu atau dua lagu yang terdengar sangat berbeda dengan gaya kami yang biasa, dan saya pikir penggemar Maiden akan terkejut—dengan cara yang baik, saya harap!"
GERIN RIO PRANATA
Baca juga: Industri Hiburan Redup, Coldplay - Iron Maiden Buat Surat Terbuka