TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Filipina Rodrigo Duterte menolak seruan dari Cina untuk menarik kapal-kapal lautnya dari area yang dipersengketakan di Laut Cina Selatan. Duterte meyakinkan pihaknya tidak akan tunduk pada tekanan, kendati hal ini membahayakan persahabatannya dengan Beijing.
Filipina telah meningkatkan kehadirannya di area-area Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), termasuk Pulau Thitu, yang dekat dengan instalasi militer Cina. Sebelumnya ratusan kapal Cina memperlihatkan kehadirannya di wilayah yang dipersengketakan tersebut, yang diyakini dikendalikan oleh militan.
Dalam pidatonya di televisi dan ditayangkan pada Jumat, 14 Mei 2021, Presiden Duterte mengatakan pihaknya telah mendapatkan tekanan untuk mengabaikan hubungan baik dengan Cina dan membela apa yang disebut oleh pejabat tinggi Filipina sebagai provokasi terang-terangan.
“Kami berdiri di sini. Saya ingin menyatakan kami di sini dan kapal kami di sana. Kami tidak akan maju atau mundur satu inch-pun,” kata Duterte.
Sebelumnya pada bulan lalu, Cina mengatakan Filipina harus menghentikan tindakan – tindakan yang bisa memperumit situasi dan meningkatkan ketegangan di area-area yang sedang dipersengketakan. Seruan itu dilontarkan untuk menjawab latihan militer yang dilakukan Filipina.
“Saya tidak mau bertengkar, saya tidak menginginkan masalah. Saya menghormati posisi Anda dan Anda menghormati kami. Namun, kami tidak akan bertengkar. Saya tidak akan menarik diri, bahkan jika Anda membunuh saya. Persahabatan kita akan berakhir di sini,” kata Duterte.
Kedutaan Besar Cina di Ibu Kota Manila belum merespon atas sikap Duterte tersebut. Presiden Duterte sebelumnya mendapat kritik karena menolak menekan Cina yang mengabaikan putusan pengadilan arbitrase pada 2016, yang memenangkan Filipina untuk wilayah Laut Cina Selatan yang dipersengketakan.
Baca juga: Survei: Putri Rodrigo Duterte Diurutan Nomor 1 Kandidat Presiden Filipina
Sumber: Reuters