TEMPO.CO, Jakarta - Tiga ayah poliamori gay di California terlibat dalam perselisihan hukum untuk berebut menjadi orang tua sah dua balita.
Ian Jenkins, 45 tahun, dan pasangannya, Alan, 43 tahun, dan Jeremy, 37 tahun, terlibat dalam hubungan poliamori atau hubungan yang melibatkan tiga orang.
Dikutip dari CNN, 7 Maret 2021, ketiga pria itu telah bersama selama lebih dari delapan tahun. Jenkins mengatakan mereka berjuang agar ketiga nama mereka terdaftar di akta kelahiran anak untuk melindungi hak orang tua dan hak anak-anak mereka. Namun, proses hukum ini sangat panjang karena situasinya yang unik.
"Tapi kami berharap orang lain mendapat manfaat dari pengalaman yang kami miliki," kata Jenkin, yang berharap kasus mereka bisa mereformasi tentang hak asuh untuk pasangan poliamori gay lain. "Dan itu lebih mudah, lebih murah dan tidak terlalu membuat stres bagi mereka."
Sebagai seorang remaja gay di Virginia, Jenkins mengatakan dia menghadapi ancaman pembunuhan setelah keluar dan tidak bisa membayangkan dia bisa secara terbuka mencintai pria lain.
"Saya benar-benar terisolasi. Saya tidak mengenal seorang gay pun ketika saya masih di sekolah menengah," katanya. "Saya pikir saya tidak akan pernah bisa menjalani kehidupan yang otentik. Tidak pernah terpikir oleh saya bahwa orang bahkan dapat memiliki dua pasangan."
Jenkins bertemu Alan saat mereka menjalani program residensi medis di Boston.
"Dia lebih pintar dari siswa lain. Itu jelas, meskipun dia tidak berusaha untuk menunjukkan pengetahuan medisnya, seperti setengah dari mereka," kata Jenkins.
Dia tertarik pada sikap Alan yang tenang, kata-katanya yang jenaka, dan belas kasih untuk pasiennya.
Kencan pertama mereka pada tahun 2003. Jenkins pergi ke rumah Alan dengan membawa adonan pizza dan anggur buatan sendiri, dan memasak makan malam. Pasangan itu kemudian memutuskan Boston terlalu dingin dan setuju untuk pindah untuk mencari cuaca yang lebih hangat.
Mereka berakhir di San Diego, di mana Jenkins menjadi profesor kedokteran di UC San Diego dan Alan bekerja di rumah sakit sebagai psikiater.
"Ternyata, pusat medis yang paling jauh dari Boston di benua Amerika Serikat ada di San Diego," kata Jenkins. "Jadi di sinilah kita."
Setelah hampir satu dekade bersama, Jenkins memperkenalkan Alan ide membawa orang ketiga ke dalam hubungan homoseksual mereka. Mereka bertemu Jeremy secara online, dan dia bergabung dengan mereka pada tahun 2012.
Jeremy bekerja di bidang pengobatan hewan di Kebun Binatang San Diego, di mana pasiennya mulai dari kera hingga burung condor California. Untuk melindungi privasi mereka, Alan dan Jeremy memilih untuk tidak menggunakan nama belakang mereka.
Alan mengemukakan kemungkinan memiliki anak beberapa kali, tetapi banyak ibu pengganti dan tantangan pengasuhan yang akan mereka hadapi sebagai poliamori gay tampak menyulitkan.
"Kami hanya tidak memiliki ovarium," tulis Jenkins dalam bukunya "Three Dads and a Baby".
Mereka kemudian menghubungi salah satu teman masa kecil Alan, seorang perempuan bernama Meghan yang menawarkan diri untuk menjadi pendonor sel telur. Meghan ingin tetap berada dalam kehidupan anak-anak sebagai semacam sosok bibi, kata Jenkins. Alih-alih membayarnya sebagai donor sel telur, mereka setuju agar ketiga ayah itu membayar biaya perjalanannya untuk mengunjungi mereka setidaknya setahun sekali.
Teman perempuan lain setuju untuk menjadi ibu pengganti, dan mereka siap menjadi ayah. Tetapi ketika masalah biologis diatasi, muncul halangan hukum dan pencatatan sipil yang akan melibatkan banyak pengacara, dokumen dan uang daripada yang pernah mereka bayangkan.
Selama beberapa bulan berikutnya, Jenkins mengatakan bahwa keluarganya menghabiskan hampir US$ 121.000 (Rp 1,7 miliar) untuk kontrak, biaya hukum, prosedur medis, dan tes untuk anak sulung mereka.
"Pasangan gay tidak menjadi orang tua secara tidak sengaja," tulisnya dalam buku tersebut. "Itu selalu merupakan tindakan yang disengaja, dan rumit."
Perjuangan Hukum untuk Akta Kelahiran