TEMPO.CO, Jakarta - Keluarnya Inggris dari Uni Eropa memberi kesempatan kepada Inggris untuk mengendalikan perbatasannya sendiri. Ini membuat Inggris akhirnya bisa memperlakukan orang-orang di seluruh dunia secara setara, tidak lagi memperlakukan orang secara berbeda berdasarkan kewarganegaraan mereka.
Menteri Perbatasan dan Imigrasi Kevin Foster mengatakan, saat Inggris bangkit kembali dari pandemi global, Inggris menginginkan talenta paling cemerlang di dunia, yang bercita-cita berkarir di tingkat tertinggi di bidang bisnis, sains, seni, dan teknologi untuk melihat Inggris sebagai tempat yang cocok untuk memenuhi aspirasi mereka.
Pernyataan Foster itu terkait kebijakan Inggris yang mengizinkan mahasiswa asing bekerja di sana setelah lulus kuliah. Program ini dinamakan "Jalur Lulusan", yang pendaftarannya baru akan dibuka pada 1 Juli 2021.
“Perubahan yang diumumkan hari ini akan memastikan bahwa setelah siswa internasional menerima kualifikasi tertinggi dari salah satu lembaga pendidikan terkemuka dunia, mereka dapat dengan mudah mengamankan status yang mereka butuhkan untuk terus tinggal, bekerja, dan memenuhi impian mereka di Inggris,” kata Foster, seperti ditulis dalam keterangan Kedutaan Inggris di Jakarta, Jumat, 5 Maret 2021.
Baca juga: UTBK-SBMPTN 2021, Jangan Lupa Daftar Akun LTMPT dan Catat Jadwalnya
Sebagaimana dirinci dalam Aturan Keimigrasian Inggris yang dipaparkan di Parlemen Inggris Kamis kemarin, 4 Maret 2021 menyebut, aplikasi untuk “Jalur Lulusan” ditujukan untuk siswa internasional yang berhasil menyelesaikan gelar di tingkat sarjana atau lebih tinggi di Inggris.
“Jalur Lulusan” ini tidak akan disponsori, yang berarti pelamar tidak memerlukan tawaran pekerjaan untuk mendaftarkan diri. Tidak akan ada persyaratan gaji minimum atau batasan jumlah. Lulusan dalam jalur ini akan dapat bekerja secara fleksibel, berganti pekerjaan, dan mengembangkan karier sesuai yang mereka perlukan.
Jalur ini diharapkan bisa membantu Inggris mencapai ambisi yang ditetapkan dalam Strategi Pendidikan Internasional Inggris untuk meningkatkan jumlah siswa internasional di pendidikan tinggi menjadi 600 ribu orang pada tahun 2030.