TEMPO.CO, Jakarta - AstraZeneca memastikan pengembangan vaksin untuk varian baru COVID-19 terus berjalan. Jika tidak ada halangan, maka vaksin baru tersebut akan selesai dikembangkan antara pertengahan hingga akhir tahun 2021. Adapun pengembangan, kata AstraZeneca, telah dilakukan sejak akhir tahun lalu ketika varian baru COVID-19 pertama kali terdeteksi.
"Kami bergerak cepat dan memiliki beberapa varian vaksin COVID-19 dalam pengembangan yang kemudian akan kami seleksi begitu uji klinik dimulai," ujar Kepala Riset Biofarmasi AstraZeneca, Mene Pangalos, dikutip dari kantor berita Al Jazeera, Jumat, 12 Februari 2021
Pernyataan AstraZeneca tersebut menyusul sejumlah masalah yang mereka hadapi beberapa pekan terakhir. Di Eropa, misalnya, mereka mendapat tekanan karena gagal memenuhi suplai vaksin COVID-19 yang dijanjikan ke berbagai negara. Uni Eropa sampai menyusun kebijakan pembatasan ekspor vaksin COVID-19 untuk memastikan mereka tetap mendapat suplai.
Di Afrika Selatan, vaksin COVID-19 AstraZeneca batal digunakan. Gara-garanya, studi di sana mendapati vaksin COVID-19 AstraZeneca hanya memberikan perlindungan terbatas terhadap gejalan ringan dan menengah dari varian baru COVID-19.
Vaksin Covid-19 AstraZeneca. REUTERS/Dado Ruvic
Sebagai gantinya, Afrika Selatan memutuskan untuk menggunakan vaksin COVID-19 Johnson & Johnson sembari memikirkan bagaimana memanfaatkan produk AstraZeneca yang sudah kadung mereka miliki.
CEO dari AstraZeneca, Pascal Soriot, meminta agar negara manapun tidak menyingkirkan vaksin dari perusahaanya. Ia menjamin vaksin AstraZeneca tetap memberikan perlindungan dan sudah teruji. Terutama, kata ia, untuk gejala COVID-19 yang parah.
"Kita bisa bahas banyak detil, namun kalian harus melihat gambaran besarnya. Gambaran besarnya, vaksin ini sudah disahkan oleh berbagai regulator dan sudah diuji. Bulan Februari ini kami akan memproduksi 100 juta dosis," ujar Soriot.
Secara terpisah, Uni Afrika memastikan vaksin AstraZeneca akan tetap dipakai. Namun, suplai vaksin yang ada akan diarahkan ke negara-negara Afrika yang tidak menghadapi varian baru COVID-19. "Kami tidak akan membuang 100 juta dosis vaksin yang kami miliki," ujar John Nkengasong, Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Afrika.
Baca juga: Afrika Selatan Batal Gunakan Vaksin COVID-19 AstraZeneca
ISTMAN MP | AL JAZEERA