TEMPO.CO, Jakarta - Partai pimpinan Aung San Suu Kyi meraih 15 kursi dalam penghitungan suara sementara pemilu Myanmar 2020 pada Senin.
Dalam penghitungan suara di halaman Facebook resminya, Partai NLD mengatakan telah memenangkan 15 dari 315 kursi yang diperebutkan di majelis rendah beranggotakan 425 orang.
"Kami yakin kami akan menang, sejauh kami dapat membentuk pemerintahan," kata juru bicara NLD Myo Nyun, seperti dikutip dari Reuters, 9 November 2020.
Pihak berwenang Myanmar akan merilis hasil pemilihan lebih awal pada Senin ketika pemilu digelar di tengah kekhawatiran virus corona.
Partai Aung San Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), masih populer di dalam negeri meski reputasi internasionalnya tercoreng di tengah tuduhan genosida terhadap minoritas Muslim Rohingya.
Komisi Pemilihan Umum Myanmar akan mengumumkan hasil resmi lebih awal pada Senin malam.
Pemilu Myanmar yang digelar pada Ahad juga memilih perwakilan untuk majelis tinggi dengan 161 kursi dari total 217 kursi.
Sementara militer, yang memerintah Myanmar selama hampir 50 tahun hingga mulai menarik diri dari politik sipil pada tahun 2011, mengontrol seperempat kursi di kedua majelis parlemen di bawah konstitusi yang dibuat. Aung San Suu Kyi dan sekutunya berupaya mengubah konstitusi tersebut.
Myanmar Times melaporkan ketua umum NLD Aung San Suu Kyi, 75 tahun, mengamankan kursinya di Kawhmu di Yangon untuk mewakili Pyithu Hluttaw (majelis rendah Myanmar). Suu Kyi pertama kali maju dalam pemilu untuk majelis rendah pada 2012 dan menang di Kawhmu. Dia mempertahankan kursinya pada pemilu 2015.
NLD membutuhkan total 322 kursi untuk membentuk pemerintahan dan diperkirakan akan menang lagi tetapi dengan margin yang lebih kecil, karena partai-partai baru muncul dan partai-partai etnis minoritas mendapatkan dukungan di beberapa daerah.
Berbeda dengan euforia menjelang kemenangan telak NLD pada 2015, pemilu Myanmar kali ini dibayangi wabah Covid-19 yang melonjak, kesulitan ekonomi, dan konflik etnis yang meningkat.
Meskipun Myanmar mencatat rata-rata 1.100 kasus virus corona setiap hari dibandingkan dengan segelintir kasus pada awal Agustus, kekhawatiran virus tampaknya tidak mengurangi jumlah pemilih pada hari Minggu di mana ada 37 juta pemilih yang terdaftar.
Komisi Pemilihan Umum belum merilis data tentang jumlah pemilih tetapi di kota terbesar, Yangon, antrean panjang pemilih yang memakai masker dan pelindung wajah sudah muncul sejak subuh.
Tetapi lebih dari satu juta orang di seluruh negeri tidak dapat memilih setelah pemungutan suara dibatalkan karena pemberontakan.
Ratusan ribu Rohingya, minoritas Muslim yang terkurung di kamp-kamp dan desa-desa di Negara Bagian Rakhine Myanmar, sebagian besar tanpa kewarganegaraan, juga tidak dapat memberikan suara.
Partai Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, sebuah partai Rohingya, mengatakan mereka "sangat kecewa" karena hak rakyatnya untuk memilih telah dicabut.
KPU Myanmar mengatakan bahwa pemungutan suara di daerah yang terkena konflik harus dibatalkan demi alasan keamanan dan hanya warga negara yang berhak memilih.
Sebagian besar Rohingya tidak dianggap sebagai warga negara Myanmar tetapi dianggap sebagai pendatang dari negara tetangga Bangladesh, meskipun banyak warga Rohingya yang memiliki asal-usul keluarga hingga beberapa generasi yang tinggal di Myanmar.
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan ada niat genosida dalam tindakan keras militer tahun 2017 yang memaksa 730.000 Rohingya melarikan diri ke Bangladesh.
Myanmar menolak tuduhan genosida dan mengatakan pasukan keamanannya melakukan operasi yang sah untuk memberantas militan Rohingya.
Sumber:
https://www.reuters.com/article/us-myanmar-election/myanmar-awaits-early-results-of-election-seen-giving-suu-kyi-a-new-term-idUSKBN27P09W
https://www.mmtimes.com/news/aung-san-su-kyi-retains-parliament-seat-yangon-township.html