TEMPO.CO, - Myanmar akan melangsungkan pemilihan umum (Pemilu) besok, Ahad, 8 November 2020. Kepala Pemerintahan Myanmar Aung San Suu Kyi dan partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), diprediksi kembali menang meski diterpa isu genosida terhadap etnis Rohingya.
Analis politik sekaligus penasihat senior Myanmar untuk International Crisis Group, Richard Horsey, mengatakan rakyat Myanmar mengenal Suu Kyi sebagai pahlawan kemerdekaan karena melawan rezim militer selama bertahun-tahun. "Tidak masalah apa yang dia lakukan pada kebijakan tertentu. Ini pemilihan tentang kepribadian, bukan tentang kebijakan," katanya dikutip dari CNN, Sabtu, 7 November 2020.
Survei dari pengawas pemilu independen Aliansi Rakyat untuk Pemilu menemukan bahwa 79 persen rakyat Myanmar percaya pada Suu Kyi. Potensi kemenangannya semakin besar seiring pergerakan partai oposisi utama, Partai Persatuan Solidaritas dan Pembangunan (USDP) yang didirikan militer, kurang efektif. "USDP mengembara di belantara politik. Mereka belum berhasil menemukan kembali dirinya sendiri, itu masih dilihat sebagai pesta di masa lalu," ucap Horsey.
Pemilu Myanmar besok merupakan pemilu demokratis kedua sejak rezim militer tumbang. Aung San Suu Kyi dan NLD menang telak pada 2015. Mereka mendirikan pemerintahan sipil pertama setelah 50 tahun isolasi dan otoriterisme militer.
Namun di mata internasional, Suu Kyi bukan lagi ikon demokrasi yang pernah dipuja di Barat. Alasannya penanganan Suu Kyi terhadap etnis Muslim Rohingya yang menurut PBB memiliki ciri khas genosida.
Lebih dari 740 ribu warga etnis Rohingya kabur dari Myanmar ke Bangladesh pada 2016 dan 2017 ketika militer melakukan tindakan kekerasan di negara bagian Rakhine. Para penyintas menceritakan militer bertindak keji seperti memerkosa, membunuh, menyiksa, hingga merusak rumah warga. Pemerintah Myanmar membantah tuduhan itu dan mengklaim menargetkan teroris.
Sumber
https://edition.cnn.com/2020/11/06/asia/myanmar-election-2020-suu-kyi-intl-hnk/index.html