TEMPO.CO, Jakarta - Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow, mengungkapkan kekhawatirannya Inggris akan tutup sementara atau shut down akibat merebaknya pandemi Covid-19.
Dia mengatakan itu dalam konteks menjelaskan kekhawatiran yang muncul di bursa saham.
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, telah mengatakan tidak berencana menerapkan lockdown nasional atau karantina wilayah seluruh negara terkait gelombang kedua Covid-19.
“Saya pikir bagaimanapun ada sejumlah kekhawatiran bahwa Inggris mungkin akan tutup. Itu keluar dari London. Saya tidak bisa memverifikasi karena bukan pekerjaan saya. Tapi saya membaca laporannya seperti orang lain dan menurut saya itu sangat memprihatinkan,” kata Kudlow kepada wartawan di Gedung Putih seperti dilansir Reuters pada Senin, 21 September 2020.
Menurut Kudlown,“AS berada dalam posisi yang jauh lebih baik. Kami telah mendapatkan kembali kendali atas virus, baik kasus maupun jumlah kematiannya. Tapi saya pikir orang-orang khawatir tentang Inggris dan mungkin seluruh Eropa juga. "
Inggris sebelumnya memperketat aturan jarak sosial untuk bersiap menghadapi gelombang kedua COVID-19.
Warga Inggris kini diwajibkan melakukan isolasi diri. Mereka menetapkan denda yang berat hingga 10.000 poundsterling atau Rp 191 juta bagi yang melanggar aturan jarak sosial dan pemakaian masker Covid-19. Warga Inggris yang kehilangan pendapatan akan mendapat tunjangan sebesar 500 poundsterling (Rp 19 juta) dari pemerintah.
FERDINAND ANDRE | REUTERS
Sumber:
https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-usa-kudlow/white-houses-kudlow-cites-worries-britain-might-shut-down-idUSKCN26C2FC