TEMPO.CO, Manila – Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mengatakan militer negaranya tidak akan melawan Cina terkait klaim kedaulatan oleh Beijing di wilayah Laut Cina Selatan.
Dia beralasan diplomasi merupakan pendekatan terbaik karena alternatifnya adalah perang. Dia mengaku negaranya tidak sanggup berperang.
“Cina mengeklaim (Laut Filipina Barat), kita juga mengeklaim. Cina punya senjata api tapi kita tidak punya. Jadi sederhana seperti itu. Mereka mengusai kawasan itu,” kata Duterte dalam pidato kenegaraan pada Senin, 27 Juli 2020, seperti dilansir South China Morning Post.
Duterte menjelaskan apa yang dimaksudnya soal sengketa perbatasan wilayah laut itu.
“Mereka menguasainya. Jadi apa yang bisa kita lakukan? Kita harus berperang. Dan saya tidak mampu lakukan itu. Mungkin presiden yang lain bisa. Tapi saya tidak bisa. Saya tidak berdaya. Saya mengatakan kepada Anda dan bersedia mengakuinya,” kata dia.
Duterte tidak menjelaskan soal kesepakatan militer dengan Amerika. Pada awal 2020, dia memerintahkannya agar perjanjian ini dibatalkan. Namun, belakanganya dia menunda perintahnya itu.
Meski begitu, Duterte menolak mengizinkan pendirian markas militer Amerika di Filipina. Dia beralasan jika perang terjadi maka akan melibatkan senjata nuklir. Ini bisa membuat ras Filipina musnah.