TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Jepang, Taro Kono, memutuskan untuk menunda penerapan radar Aegis Ashore yang didesain untuk mendeteksi rudal asing. Dikutip dari kantor berita Reuters, salah satu pemicu penundaan tersebut adalah masalah ongkos operasional yang besar.
"Penundaan disebabkan masalah teknis dan ongkos operasional," ujar Kono dalam jumpa pers yang digelar pada hari Senin, 15 Juni 2020.
Radar Aegis Ashore adalah radar udara yang didesain oleh perusahaan militer Amerika, Lockheed Martin, untuk menangkal rudal Korea Utara. Radar tersebut diadakan Jepang karena beberapa waktu terakhir Korea Utara rutin mendemonstrasikan perkembangan peralatan militernya.
Total ada dua radar Aegis Ashore yang disiapkan oleh Jepang bersama Lockheed Martin. Masing-masing ditempatkan di stasiun pengintai yang berada di perfektur Akita (utara Jepang) dan Yamaguchi (selatan Jepang). Rencananya, di stasiun pengintai tersebut, juga akan ditaruh alutsista yang bisa mengintervensi rudal asing.
Nah, soal biaya, ongkos pengoperasian dan perawatan Aegis Ashore memang sangat mahal. Dikutip dari Reuters, kedua hal tersebut memakan biaya 439 miliar Yen atau setara US$ 4 miliar. Walau biaya itu berlaku untuk 30 tahun ke depan, hal tersebut belum menghitung biaya uji coba sistem. Hingga sekarang, uji coba sistem belum dilakukan.
"Itulah kenapa saya memutuskan pada Jumat pekan lalu untuk menunda pengoperasiannya (Aegis Ashore). Untuk sementara waktu, Jepang akan bertahan menggunakan radar Aegis lama yang dipasang di kapal," ujar Taro Kono mengakhiri.
ISTMAN MP | REUTERS