TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kota Los Angeles mengumumkan rencana mengikuti panduan negara bagian California untuk mengizinkan kembali pusat perbelanjaan yang memiliki risiko kecil penularan virus Corona untuk kembali buka.
Ini juga berlaku untuk kegiatan menonton film secara drive-in atau dari dalam mobil dan berbagai sarana rekreasi dengan sejumlah pembatasan.
Kota LA merupakan episentrum penyebaran virus Corona di California dengan 2.100 korban jiwa.
Departemen Kesehatan Publik dari Los Angeles County melansir sejumlah pembatasan untuk diikuti pusat perbelanjaan dan sejumlah lokasi publik lainnya. Ini terjadi setelah jumlah korban infeksi virus Corona cenderung menurun.
“Semua sarana publik baik di dalam dan luar ruangan seperti pusat perbelanjaan bisa membuka bisnis dengan 50 persen dari kapasitas,” begitu dilansir LA Times pada Selasa, 26 Mei 2020.
Departemen juga mensyaratkan organisasi berbasis keyakinan bisa melakukan ibadah di tempat ibadah dengan maksimal jamaah 25 dari kapasitas bangunan atau maksimal 100 orang. Pengelola diminta memilih jumlah yang paling sedikit dari dua opsi di atas.
“Ini menjadi langkah penting bagi penduduk dan bisnis agar ada kejelasan dan konsistensi dalam mengambil langkah positif untuk membuka Kota Los Angeles,” kata Kathryn Barger, kepala pengawas Kota Los Angeles.
Sejumlah pusat perbelanjaan di Kanada juga mulai beroperasi pada pekan terakhir Mei 2020.
Namun, pengelola pusat perbelanjaan merasa khawatir pengunjung akan datang karena adanya kekhawatiran pandemi virus Corona atau Covid-19.
“Ini yang saya khawatirkan. Ini bisa terjadi di mal. Orang datng ke pusat perbelanjaan, mengikuti semua protokol kesehatan, datang ke toko yang ternyata tidak buka. Ini membuat kecewa,” kata Tim Sanderson, kepala ritel Jones Lang LaSalle di Kanada.
Sanderson mengatakan sejumlah persyaratan kesehatan telah digulirkan bagi para pengunjung mal.
Ini seperti arus pengunjung satu arah, jumlah tempat duduk dikurangi agar berjarak, penerapan jarak fisik atau physical distancing, menambah petugas keamanan.
“Ini bisa mengurangi pengalaman rasa nyaman saat berbelanja tapi ini sangat penting untuk mencegah munculnya pandemi ini lagi,” kata Sanderson seperti dilansir CBC.
Menurut Sanderson,”Jika kegiatan bisnis dibuka lalu ditutup lagi oleh pemerintah karena pandemi muncul lagi, saya pikir ini buruk bagi setiap orang. Tidak hanya buruk bagi kegiatan belanja dan ritel, tapi juga bagi psikologi publik dan semuanya.”
Di Detroit, Amerika Serikat, sejumlah mal juga kembali beroperasi. Namun, area bermain dan area minum umum masih tutup.
Namun, food court boleh beroperasi dengan meja dibuat berjarak agar pengunjung tetap berjauhan.
“Semua pengunjung dan pegawai pusat perbelanjaan harus menjaga jarak atau social distancing dan mengenakan masker wajah,” begitu dilansir Detroit News soal pencegahan kemunculan kembali pandemi Corona.