TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Selasa, 11 Februari 2020, di Dewan Keamanan PBB menolak proposal perdamaian timur tengah yang disorongkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Abbas menilai rencana damai Trump itu sebagai sebuah kado bagi Israel dan tidak bisa diterima oleh masyarakat Palestina.
Dikutip dari reuters.com, di sidang Dewan Keamanan PBB itu Presiden Abbas mengeluarkan salinan peta dan melambai-lambaikannya. Peta itu menunjukkan bayangan rencana solusi dua negara versi Amerika Serikat bagi Israel dan Palestina. Abbas mengatakan Palestina dalam peta itu tampak seperti keju Swiss.
Dalam kemunduran bagi Palestina ini, sebuah rancangan resolusi Dewan Keamanan dibagikan oleh Tunisia dan Indonesia yang mengkritik rencana Trump, termasuk pembangunan pemukiman bagi masyarakat Israel di Tepi Barat yang tidak masuk dalam sebuah pemungutan suara. Dua diplomat di PBB mengatakan rancanan resolusi itu tidak maju ke tahap selanjutnya karena gagal mendapatkan dukungan yang dibutuhkan bagi Palestina untuk mengisolasi Amerika Serikat.
Salah satu sumber itu mengatakan dari total 15 suara anggota dewan keamanan PBB, sekitar 11 – 12 suara mendukung rancangan resolusi tersebut. Sedangkan sumber kedua mengatakan bakal dibutuhkan terlalu banyak kompromi untuk mencapai 14 - 1 suara yang dicari Palestina.
“Hari ini dengan tidak mengedepankan resolusi polarisasi, Dewan Keamanan PBB menunjukkan bahwa cara lama dalam melakukan sesuatu sudah berakhir,” kata seorang pejabat Amerika Serikat, yang tak mau dipublikasi namanya.
Rencana perdamaian Timur Tengah yang disorongkan Trump pada 28 Januari 2020 berisikan pengakuan otoritas Israel atas wilayah Tepi Barat yang menjadi pemukiman masyarakat Israel dan meminta Palestina memenuhi serangakaian syarat agar bisa menjadi sebuah negara dengan Ibu Kota di sebuah desa di Tepi Barat.
“Ini adalah negara yang mereka akan berikan pada kami. Ukurannya seperti keju Swiss (keci), yang benar saja. Siapa di antara Anda yang akan menerima kondisi seperti ini?,” kata Abbas di hadapan anggota Dewan Keamanan PBB.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang sedang melakukan kampanye di Kota Bat Yam, Israel, ikut bereaksi atas pidato Abbas di Dewan Keamanan PBB itu. Dia mengatakan proposal yang diajukan Trump itu adalah rencana terbaik yang pernah ada bagi Timur Tengah, Israel dan Palestina. Rencana ini mengakui kenyataan dan hak-hak masyarakat Israel yang sering ditolak untuk diakui.