TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Dalam Negeri dan Ketum Partai Konservatif Rakyat Estonia (EKRE) Mart Helme meminta maaf kepada Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin, setelah dia menyebutnya sebagai salesgirl.
Namun, Helme menuduh pers telah menekankan hal yang salah pada pernyataanya dan mengatakan bahwa dia tidak menghina Finlandia.
"Kalimat khusus tentang perdana menteri Finlandia itu, yang Anda anggap merendahkan, saya benar-benar menafsirkan sebagai pelengkap - sebagai pengakuan bahwa seseorang dapat naik dari status sosial yang rendah ke puncak politik," kata Helme setelah pertemuan dewan koalisi pada Senin, dikutip dari ERR Estonia, 17 Desember 2019.
"Kedua, jika ada orang yang salah paham tentang ini, saya berterima kasih kepada pers Estonia karena membesarkan masalah ini. Saya ingin mengatakan bahwa saya meminta maaf kepada perdana menteri Finlandia, jika kesalahan penafsiran ini telah diperkuat di Finlandia juga," tambahnya..
"Sekarang sehubungan dengan Finlandia yang saya duga terhina, maka saya tidak menghina Finlandia, tetapi juga berulang kali mengatakan dan saya akan mengatakan sekali lagi bahwa kontribusi Finlandia untuk Perang Kemerdekaan kita tidak tergantikan."
Menteri Dalam Negeri Estonia dan ketua EKRE Mart Helme (kiri) bersama Perdana Menteri dan ketua Partai Tengah Jüri Ratas.[Aurelia Minev / ERR]
Perdana Menteri Estonia Jüri Ratas tidak mengusulkan agar ia mengundurkan diri dari jabatannya terkait hal ini. Ratas juga tidak meminta agar Helme mengundurkan diri.
Sebelumnya, Helme melabeli perdana menteri Finlandia yang baru terpilih, kepala negara termuda di dunia, sebagai seorang "sales girl" dan mempertanyakan kemampuannya untuk memerintah negara itu.
Dikutip dari SBS, Menteri Dalam Negeri Mart Helme, 70 tahun, mengatakan ini pada hari Minggu selama acara bincang-bincang radio. Marin sendiri bekerja di toko roti dan sebagai asisten penjualan sebelum menjadi Perdana Menteri.
"Sekarang kita melihat bagaimana seorang sales girl telah menjadi perdana menteri dan bagaimana beberapa aktivis jalanan dan orang-orang yang tidak berpendidikan juga bergabung dengan kabinet," kata Helme, yang pernah menjadi duta besar untuk Rusia.
Pada 9 Desember, Sanna Marin, yang baru berusia 34 tahun, ditunjuk oleh Partai Sosial Demokrat yan merupakan bagian dari lima anggota koalisi pemerintahan. Dengan penunjukkan ini, Marin akan menjadi perdana menteri termuda Finlandia dan dunia dalam beberapa hari ke depan, dikutip dari Reuters.
Perdana Menteri Rinne mengundurkan diri pada hari Selasa setelah sebuah partai dalam koalisi, Partai Tengah, mengatakan pihaknya telah kehilangan kepercayaan atas penanganannya dalam protes layanan pos.
Popularitas politik Marin mengalami peningkatan pesat sejak menjadi kepala dewan kota di kota asalnya, Tampere pada usia 27 tahun.
Sanna Marin mengambil alih jabatan perdana menteri di tengah gelombang pemogokan 3 hari, yang menghentikan produksi di beberapa perusahaan terbesar Finlandia.