TEMPO.CO, Vatikan – Paus Fransiskus mengakui ada indikasi korupsi terjadi dalam pengelolaan dana Vatikan. Dia mengatakan proses investigasi internal kasus korupsi ini dilakukan untuk mengetahui siapa pihak yang bersalah.
“Ada korupsi, itu jelas. Dengan interogasi, kita akan lihat jika mereka bersalah atau tidak. Ini hal yang buruk. Tidak bagus hal ini terjadi di Vatikan,” kata Paus Fransiskus dalam jumpa pers selama penerbangan pulang dari kunjungan ke Jepang menuju Roma, Italia, seperti dilansir DW pada Kamis, 27 November 2019.
Paus menyebut kasus korupsi ini sebagai skandal. Dia mengatakan investigasi sedang berlangsung mengenai penggunaan dana sumbangan Peter’s Pence, yang diduga digunakan untuk membeli properti mewah di London Pusat, Inggris.
Sebelumnya, Paus pernah mengatakan pembelian seperti itu tidak selalu berarti terjadi penyalahgunaan dana sumbangan.
“Apa yang terjadi, terjadi: sebuah skandal. Mereka melakukan hal-hal yang tampaknya tidak bersih,” kata Paus.
Ini merupakan komentar pertama Paus Fransiskus mengenai isu korupsi uang Vatikan.
“Untuk pertama kalinya, kotoran itu mulai diungkap dari dalam Vatikan, dan bukannya dari luar,” kata Paus Fransiskus.
Media Catholicherald melansir para penyelidik sedang menginvestigasi investasi kontroversial berupa pembelian properti mewah di London oleh pejabat Vatikan. Paus Fransiskus masih bersikap terbuka apakah ini merupakan kasus korupsi atau tidak.
Paus, menurut Catholicherald, mengatakan dia merasa senang jaksa penuntut Vatikan, yang disebut Promoter of Justice, melaporkan soal dugaan korupsi di dalam Vatikan ini.
Menurut Paus Fransikus, proses reformasi keuangan di Vatikan berjalan dengan baik.
Menurut media ini, kasus ini terkait investasi oleh Secretariat of State Vatikan berupa pembelian properti di 60 Sloane Avenue senilai US$200 juta atau sekitar Rp2.8 triliun.
Dana ini berasal dari pinjaman jangka pendek yang diperoleh Secretariat of State Vatikan dari beberapa bank di Swiss. Salah satu bank yang ikut mendanai adalah BSI, yang belakangan ditutup otoritas keuangan Swiss karena dianggap gagal secara sistematis bertindak melaporkan aktivitas yang diduga merupakan praktek money laundering atau pencucian uang oleh sejumlah perusahaan pengelola dana.