TEMPO.CO, Jakarta - Inggris memulangkan anak-anak ISIS tanpa wali dari Suriah, ketika negara-negara Eropa masih belum memutuskan apa yang harus dilakukan dengan warga negara mereka yang bergabung dengan kelompok teroris.
Pada hari Jumat, Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan bahwa pemulangan anak-anak sukses besar, tetapi ia memperingatkan bahwa akan terlalu optimis untuk mengatakan bahwa Inggris bisa melakukannya dalam setiap kasus.
Menteri luar negeri Inggris, Dominic Raab, mengatakan pada Oktober bahwa anak di bawah umur atau anak yatim piatu tanpa wali yang terjebak dalam pertempuran di Suriah dapat dikembalikan ke Inggris, dengan asumsi mereka tidak akan membawa ancaman, seperti dilaporkan New York Times, 24 November 2019.
Pada hari Kamis, Raab mengatakan bahwa memulangkan anak-anak seperti itu adalah hal yang benar untuk dilakukan.
"Anak-anak yang tidak bersalah dan yatim piatu ini seharusnya tidak pernah mengalami kengerian perang," kata Raab dalam sebuah pernyataan. "Sekarang mereka harus diberi privasi dan diberi dukungan untuk kembali ke kehidupan normal."
Inggris adalah salah satu negara yang paling menentang untuk memulangkan warganya, bahkan mencabut kewarganegaraan seorang remaja, Shamima Begum, yang melakukan perjalanan ke Suriah untuk menikahi milisi ISIS.
Tekanan pada negara-negara Eropa untuk memulangkan warganya telah meningkat sejak Turki menginvasi wilayah yang dikuasai Kurdi di Suriah utara bulan lalu. Presiden Recep Tayyip Erdogan dari Turki mengatakan dalam beberapa pekan terakhir bahwa ia akan mendeportasi puluhan militan ISIS yang ditangkap bersama keluarga mereka.
Pihak berwenang Inggris tidak mengumumkan jumlah anak-anak atau usia mereka kepada publik, atau menawarkan rincian lainnya, tetapi seorang pejabat senior Kurdi menulis di Twitter bahwa tiga anak yatim piatu dari orang tua Inggris yang telah bergabung dengan ISIS telah diserahkan kepada delegasi Inggris.
Suasana kamp pengungsian al-Hol, yang ditempati puluhan ribu anggota keluarga milisi ISIS di Hasaka, Suriah, 1 April 2019. REUTERS/Ali Hashisho
Pusat Informasi Rojava, sebuah layanan informasi yang dipimpin oleh para aktivis di daerah yang dikuasai Kurdi, mengatakan anak-anak itu berusia 7 hingga 10 tahun.
Pejabat Kurdi, Abdulkarim Omar, mengunggah sebuah video di Facebook di mana ia terlihat menyapa utusan khusus Inggris untuk Suriah, Martin Longden, dan menandatangani dokumen yang tampaknya menjadikan penyerahan itu resmi.
Anak-anak, yang diyakini semuanya berasal dari satu keluarga, diterbangkan ke London setelah pertemuan itu, menurut pejabat pengadilan yang dikutip oleh kantor berita Inggris, dan bertemu dengan anggota keluarga besar mereka.
"Dampak teror ISIS menciptakan korban, termasuk anak-anak dari milisi asing mereka sendiri," kata Longden dalam video tersebut. "Anak-anak itu, mereka tidak bertanggung jawab atas situasi yang mereka hadapi sekarang."
Organisasi hak asasi manusia dan advokat telah mendesak pemerintah untuk mengambil kembali keluarga yang bepergian ke wilayah yang pernah dikuasai ISIS, dengan alasan bahwa semakin lama anak-anak ISIS tinggal, semakin sulit untuk mengintegrasikan kembali mereka ke negara asal mereka.