TEMPO.CO, Hong Kong – Jumlah mahasiswa di Polytechnic University di Hong Kong yang bertahan di tengah kepungan terhadap kampus itu terus menyusut.
Delapan orang menyerahkan diri ke polisi pada Jumat pagi, 22 November 2019. Sedangkan sisanya berusaha melarikan diri dari rute tersembunyi di kampus itu.
“Pengepungan di kampus Polytechnic University di Semenanjung Kowloon tampaknya mendekati akhir,” begitu dilansir Reuters pada Jumat, 22 November 2019.
Petugas memperkirakan ada beberapa lusin mahasiswa dan massa yang masih berada di dalam kampus setelah terjadi bentrok fisik dengan petugas kamanan sejak awal pekan ini.
Kepala Polisi Hong Kong yang baru, Chris Tang, mulai bertugas pada pekan ini. Dia mendesak sisa masa di dalam kampus agar segera keluar. Dia mengatakan menginginkan resolusi damai.
“Saya yakin orang-orang yang masih di dalam kampus tidak ingin orang tuanya, temannya merasa khawatir mengenai mereka,” kata Tang.
Menurut Tang, polisi tidak akan menetapkan tenggat kepada para demonstran.
Mayoritas orang-orang yang berada di dalam kampus mengatakan mereka tidak ingin ditangkap karena dianggap melakukan kerusuhan atau terkena tuntutan hukum lainnya.
Jadi mereka berharap bisa menyelinap keluar dari kampus, yang berjaga di sekitar area kampus.
Sebagian demonstran yang masih bertahan terlihat berjalan-jalan di area sekitar kampus mencari polisi yang menyamar.
Sebagian lainnya masih bersembunyi karena merasa khawatir bakal ditangkap petugas yang menyamar.
“Kami merasa lelah. Tapi tidak akan menyerah mencoba untuk menyelinap ke luar,” kata Shiba, salah satu demonstran berusia 23 tahun.
Channel News Asia melansir demonstrasi besar di Hong Kong telah berlangsung sejak Juni 2019. Mereka menuntut pembatalan RUU Ekstradisi dan penerapan sistem demokrasi penuh agar terhindar dari intervensi pemerintah Cina.