TEMPO.CO, Ankara – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, meminta pemerintah Amerika Serikat untuk memfasilitasi penarikan pasukan YPG dari etnis Kurdi keluar dari wilayah Suriah utara.
Erdogan mengatakan militer Turki akan kembali menyerang setelah gencatan senjata lima hari yang berlangsung sejak Kamis pekan lalu jika pasukan milisi Kurdi, yang disebut sebagai teroris, tidak keluar dari wilayah itu.
“Kami berharap sekutu Amerika kami menepati janjinya kali ini,” kata Erdogan di Istanbul dalam acara anti-merokok seperti dilansir Anadolu pada Ahad, 20 Oktober 2019.
Erdogan mengatakan militer Turki berhasil menetralisir 765 teroris YPG termasuk sejumlah tentara seniornya.
Erdogan mengatakan Turki membuat perjanjian dengan AS bukan dengan YPG.
Dia mengatakan pasukan YPG harus ditarik dari zona aman di Suriah utara sejauh tiga puluh kilometer dari perbatasan Turki. Dia mengatakan ada sejumlah proyek yang akan dikerjakan di wilayah itu.
Militer Turki menggelar Operasi Peace Spring pada 9 Oktober 2019 untuk menyerang pasukan YPG, yang dicap sebagai pasukan teroris dan terkait dengan organisasi terlarang PKK dari etnis Kurdi.
Etnis Kurdi terlibat perang dengan pemerintah Turki terkait upaya mendirikan negara di wilayah yang mereka huni.
Pada 17 Oktober 2019, pasukan Turki setuju mengelar gencatan senjata selama 120 jam untuk memberi kesempatan pasukan YPG mundur dari perbatasan Turki dan Suriah.
Reuters melansir Turki menggelar invasi ini setelah Presiden AS, Donald Trump, menarik mundur pasukannya dari Suriah utara. Pentagon lalu memindahkan sekitar seribu anggota pasukan AS ke markas di Irak untuk memerangi kelompok teroris ISIS.