TEMPO.CO, Ankara – Kementerian Pertahanan Turki mengatakan operasi militer di selatan negara itu, yang berbatasan degan Suriah utara, masih berlanjut.
“Operasi Damai berlangsung sukses lewat udara dan darat pada malam hari. Target serangan tercapai. Operasi berlanjut seperti direncanakan,” kata kementerian Pertahanan seperti dilansir lewat Twitter dan dikutip CNN pada Kamis, 10 Oktober 2019.
Konvoi pasukan Turki dan milisi Free Syrian Army atau FSA terlibat melanjutkan pergerakan memasuki wilayah Suriah sejak dimulainya agresi militer pada Rabu, 9 Oktober 2019.
Sejumlah ledakan terdengar di daerah perbatasan Turki dan Suriah. Pasukan Turki mengatakan menyasar daerah Tal Abyad untuk mengusir pasukan miliki Kurdi YPG, yang dicap sebagai teroris.
Agresi militer Turki ini digelar beberapa hari setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan penarikan pasukan dari perbatasan Suriah utara. Dia menyerahkan penanganan keamanan daerah ini kepada Suriah, Rusia dan Turki.
Lewat cuitan di akun @realdonaltrump, Trump mengatakan bahwa dua orang pelaku teror ISIS telah ditangkap pasukan AS.
“Seandainya Kurdi atau Turki kehilangan kontrol, AS telah menangkap dua militan ISIS yang terlibat pemenggalan di Suriah dan dikenal sebagai Beetles.
“Keduanya dikenal sebagai Beetles, telah dibawa ke luar dari negara itu (Suriah) ke lokasi yang dikontrol pasukan AS. Mereka adalah yang terburuk dari yang terburuk,” kata Trump.
Serangan hari pertama Turki, seperti dilansir CNN, telah menewaskan sedikitnya delapan orang dan melukai belasan orang lainnya. Data ini dilansir oleh Syrian Democratic Forces atau SDF.
“Tiga pejuang dan lima warga sipil menjadi martir,” begitu dilansir pusat operasi SDF. Ini terjadi karena pasukan militer Turki membombardir secara serampangan area yang dihuni warga sipil Kurdi.
Menurut kementerian Pertahanan Turki, operasi militer ini menyasar 181 target di Suriah utara. Trump mengatakan akan mengenakan sanksi jika militer Turki melakukan tindakan tidak manusiawi.