TEMPO.CO, Jakarta - Kevin Burns, CEO Juul Labs, sebuah perusahaan pembuat rokok elektrik mengumumkan pengunduran diri pada Rabu, 25 September 2019. Keputusan Burns itu tampaknya sebagai dampak dari kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang melarang vape atau rokok elektrik.
Posisi yang ditinggalkan Burns akan diisi oleh K.C. Crosthwaite, seorang pejabat di Altria, sebuah perusahaan rokok raksasa yang membeli 35 persen saham Juul.
Burns mengundurkan diri ketika pembicaraan merger antara investor terbesarnya Altria dan Philip Morris gagal. Altria dan Philip Morris tak bisa menghadapi ketatnya peraturan rokok elektrik, dan memutuskan untuk lebih baik fokus pada peluncuran IQOS yang dapat membentuk kembali industri tembakau.
Altria Group saat ini menghadapi pengawasan yang ketat di pasar dalam negeri menyusul semakin banyak remaja menggunakan rokok elektrik. Altria Group mengatakan pada Rabu kemarin akan menangguhkan semua iklan di Amerika Serikat.
Keputusan Altria Group itu dikarenakan pemerintahan Presiden Donald Trump mengumumkan rencana untuk menghapus semua jenis rokok elektrik di semua toko setelah sangat populer di kalangan remaja. Jumlah siswa sekolah menengah yang menggunakan rokok elektrik meningkat lebih dari dua kali lipat dalam dua tahun terakhir, dimana 2,75 persen murid telah mencoba rokok elektrik dalam sebulan terakhir.
Sebelumnya, pejabat di otoritas kesehatan Amerika Serikat menyelidiki ada ratusan kasus wabah penyakit paru-paru parah dan sembilan kematian terkait dengan rokok elektrik ini.
Perangkat rokok elektrik seperti yang diproduksi Juul Labs, telah menjadi pihak yang menanggung dampak terbesar dari kerasnya peraturan rokok elektrik secara global. Rokok elektrik menguapkan cairan yang mengandung nikotin.
Dengan menutup pasar rokok elektrik ini, akhirnya Juul Labs dan kedua investor terbesarnya memilih fokus pada peluncuran bersama IQOS yaitu produk pemanas tembakau di Amerika Serikat.IQOS, yang memanaskan tetapi tidak membakar tembakau, merupakan teknologi saingan non-merokok, dan yang terpenting sudah disahkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat atau FDA.
REUTERS - MEIDYANA ADITAMA WINATA