TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membandingkan tindakan Israel di Gaza serupa dengan yang dilakukan Nazi Jerman saat Holocaust.
Berbicara di Majelis Umum PBB yang dihadiri oleh para pemimpin dunia, sambil menunjukkan peta Israel dulu dan kini, Erdogan mengatakan satu-satunya solusi untuk konflik Israel-Palestina adalah pembentukan langsung sebuah negara Palestina.
"Pembentukan segera sebuah negara Palestina merdeka dengan wilayah homogen, berdasarkan perbatasan 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, adalah satu-satunya solusi," katanya, seperti dikutip dari Ynetnews, 25 September 2019. "Rencana perdamaian lainnya tidak akan pernah dilaksanakan."
Sebelum pidatonya, Erdogan mengatakan kepada para pemimpin Muslim AS dalam sebuah pertemuan Senin di New York, bahwa mereka harus melihat Holocaust dengan cara yang sama seperti memandang pengepungan dan pembantaian di Gaza oleh Israel.
"Ketika kita melihat genosida yang dilakukan Nazi terhadap orang Yahudi, kita harus melihat pembantaian yang terjadi di Jalur Gaza dari sudut pandang yang sama," kata Erdogan seperti dikutip oleh kantor berita Turki Anadolu.
'Where does the land of Israel begin and end?' - #Erdogan at #UNGA pic.twitter.com/3FAAOE5MtB
— Ruptly (@Ruptly) September 25, 2019
Dalam pidatonya di PBB, Erdogan berpidato dengan peta perluasan wilayah Israel selama bertahun-tahun dari tahun 1947 hingga saat ini. Dia mengungkapkan apa yang ia klaim sebagai wilayah Palestina yang menyusut karena dicaplok Israel. "Di mana perbatasan Negara Israel?" kata Erdogan, menambahkan negara Yahudi adalah salah satu negara paling rasis di dunia.
Para pemimpin Israel pada Selasa mengecam Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang menyamakan kebijakan Gaza negara Yahudi dengan perlakuan Nazi terhadap orang-orang Yahudi selama pertemuan di sela-sela Majelis Umum PBB.
Menanggapi pidato Erdogan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menuduhnya berbohong.
"Seseorang yang tidak berhenti berbohong, yang membantai suku Kurdi, yang menyangkal pembantaian orang-orang Armenia, seharusnya tidak berkhotbah ke Israel," katanya.
"Berhenti berbohong Erdogan," kata Netanyahu dikutip dari Times of Israel.
Menteri Luar Negeri Israel Katz menuduh Erdogan anti-Semit dalam pernyataan serupa, yang menurut kementerian mengacu pada perbandingan Holocaust.
"Anda seharusnya malu, Erdogan," kata Katz. "Tidak ada cara lain untuk menafsirkan kata-kata Erdogan yang kasar dan keji - itu anti-Semit, jelas. Ini adalah bukti bahwa tanggung jawab #HolocaustRemembrance lebih relevan sekarang daripada sebelumnya," twit Katz.
Israel dan Turki secara resmi mengakhiri keretakan diplomatik selama enam tahun pada 2016 ketika 10 aktivis Turki terbunuh dalam konfrontasi dengan pasukan komando angkatan laut Israel di atas kapal Mavi Marmara yang bertujuan untuk menembus blokade laut Israel di Jalur Gaza.
Erdogan adalah pembela gigih perjuangan Palestina dan kritikus sengit terhadap Israel, di mana dia dan Netanyahu sering mengejek satu sama lain. Pada April, Erdogan menyebut pemimpin Israel sebagai tiran setelah Netanyahu memanggilnya diktator dan badut.