TEMPO.CO, Jakarta - Benny Gantz, Perdana Menteri Israel terpilih, mengaku sedang membentuk sebuah pemerintahan namun tidak akan melibatkan Benjamin Netanyahu Perdana Menteri Israel saat ini. Gantz memenangkan pemilu dadakan dengan perolehan suara sangat tipis dengan Netanyahu yang berasal dari Partai Likud.
Dikutip dari rt.com, Jumat, 20 September 2019, Gantz mengatakan dia tidak mau menerima tawaran dari Netanyahu untuk mendiskusikan sebuah rencana penyatuan pemerintah. Dia memilih menjalankan janji kampanyenya menciptakan sebuah koalisi partai berkuasa yang tidak melibatkan Netanyahu sama sekali.
"Saya tertarik dan bermaksud membentuk sebuah dewan dan pemerintahan yang bersatu yang dipimpin oleh saya," kata Gantz.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengungkapkan pangkalan nuklir Iran yang ditemukan oleh Israel, 9 September 2019.[Marc Israel Sellem/The Jerusalem Post]
Menurut Gantz sekutu Biru dan Putih akan mendengarkan siapapun, namun pihaknya tidak akan menerima mandat yang dipaksakan kepada mereka. Hal itu untuk menjawab desakan Perdana Menteri Netanyahu yang berkeras ingin bertatap muka dengan Gantz.
Aliansi Biru dan Putih memenangkan 33 kursi Knesset atau parlemen dalam pemilu dadakan pada Selasa, 17 September 2019. Sedangkan Partai Likud yang mengusung Netanyahu untuk mempertahankan kekuasaan, hanya mendapat 31 kursi.
Gantz mengatakan hasil pemilu itu adalah jalan baginya untuk menjadi perdana menteri Israel. Dengan begitu bisa diasumsikan sebuah koalisi, tanpa Netanyahu, akan dibentuk. Saat ini jika Gantz gagal mengamankan 61 kursi Knesset, maka kebuntuan politik Israel akan kembali berlanjut sehingga bisa memaksa Negara Bintang Daud itu melakukan pemilu untuk ketiga kalinya dalam setahun.