TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian besar pejabat AS menduga alasan Turki membeli S-400 karena Presiden Recep Tayyip Erdogan tidak percaya angkatan udaranya sendiri setelah kudeta gagal.
Selain itu memburuknya hubungan AS dengan Turki dalam beberapa tahun terakhir dan pengaruh Rusia yang semakin besar dengan Ankara, mungkin juga telah membantu mempengaruhi Turki untuk membeli sistem S-400, menurut tiga pejabat AS dan satu sumber pertahanan, seperti dilaporkan Reuters, 18 Juli 2019.
Pejabat AS menduga salah satu alasan Erdogan membeli S-400 dari Rusia daripada peralatan anggota NATO, karena Erdogan mewaspadai angkatan udaranya sendiri, yang memainkan peran utama dalam upaya kudeta pada 15 Juli 2016.
Menurut para ahli, rudal S-400 yang diterima Turki pekan lalu, akan lebih baik dalam menangkis serangan terhadap pemerintah Turki dari jetnya sendiri daripada sistem Patriot yang dipasok AS.
Rudal Patriot Raytheon Co, yang telah ditawarkan ke Turki, akan memiliki perlindungan untuk membantu menghindari "friendly fire" atau salah tembak terhadap pesawat tempur NATO lainnya, seperti jet angkatan udara Turki.
"Anda harus bertanya pada diri sendiri: Mengapa Erdogan benar-benar menginginkan sistem Rusia?" tanya salah satu pejabat AS. "Dia tidak percaya pada angkatan udaranya."
Dua pejabat AS dan satu sumber pertahanan yang akrab dengan diskusi NATO tentang Turki, yang semuanya berbicara dengan syarat anonim, mengemukakan teori yang sama tentang kemungkinan motif Presiden Erdogan.
"Ada beberapa pembicaraan bahwa dia menginginkan sistem (Rusia) hanya untuk melindungi dirinya sendiri. Dia tidak menginginkan sistem yang terintegrasi dengan NATO," kata salah seorang pejabat.
Peserta memilih potret korban tewas kudeta militer dalam peringatan di Jembatan Bosphorus, Istanbul, Turki, 15 Juli 2017. Sejak kudeta tahun lalu, 150.000 anggota militer dipecat atau ditangguhkan. REUTERS/Osman Orsal
Pilot angkatan udara Turki memainkan peran utama dalam kudeta yang gagal. Pilot jet komando dan helikopter mengebom gedung parlemen dan terbang mengancam gedung kantor pemerintahan Erdogan. Upaya kudeta gagal dalam beberapa jam tetapi 251 orang tewas dan lebih dari 1.500 lainnya terluka.
Pada Juni, mantan kepala angkatan udara Turki, Akin Ozturk, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena keterlibatannya dalam kudeta. Baru bulan ini, jaksa penuntut Turki memerintahkan penangkapan lebih dari 176 personel militer atas hubungan mereka dengan jaringan yang diduga merencanakan kudeta.
Seorang pejabat AS lainnya menggambarkan pertemuan tahun 2018 dengan para pejabat Amerika di mana para pejabat Turki, ketika berbicara tentang membeli sistem pertahanan udara baru, menggambarkan angkatan udara mereka sendiri sebagai salah satu ancaman keamanan utama yang dihadapi Turki.
"Seorang birokrat Turki mengatakan ancaman utama kepada pemerintah tetap dari angkatan udara Turki sendiri, yang mengoperasikan pesawat NATO dan telah menyerang instalasi pemerintah dan berusaha untuk membunuh Presiden Erdogan selama upaya kudeta Juli 2016," kata pejabat yang mengetahui pertemuan tersebut.
"Dan sistem S-400 dirancang untuk melawan pesawat NATO," kata pejabat itu.
Seorang pejabat senior Turki membantah bahwa kekhawatiran tentang militer merupakan faktor yang memotivasi dalam keputusan itu, dan mengatakan Turki telah membersihkan para pendukung upaya kudeta, termasuk dari angkatan bersenjata.
"Turki tidak khawatir tentang upaya kudeta yang lain dan percaya pada pasukan dan pilotnya sendiri," katanya ketika ditanya tentang spekulasi AS.
Pejabat Turki lainnya, yang mengetahui kesepakatan S-400, mengatakan Ankara selalu ingin membeli Patriot tetapi terpaksa beralih ke Rusia.
"Tidak ada ketidakpastian tentang ini (menginginkan Patriot)," katanya. "Namun, AS memiliki sikap menunda-nunda selama masa jabatan Obama."
Erdogan sendiri mengatakan Turki membeli S-400 karena Rusia membuatnya menjadi kesepakatan yang lebih baik, dan para pejabat Turki menemukan kesulitan dari Amerika Serikat mengenai harga Patriot, produksi bersama dan transfer teknologi.