TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris Theresa May menghadapi tekanan baru daru anggota Partai Koservatif agar memimpin Inggris keluar dari Uni Eropa kendati tanpa kesepakatan atau no-deal. Perumusan kesepakatan yang mengatur hubungan Inggris pasca-keluar dari Uni Eropa sampai Minggu, 31 Maret 2019 masih berlarut-larut hingga berpotensi tak ada kesepakatan atau no-deal.
Dikutip dari reuters.com, Minggu, 31 Maret 2019, sebuah sumber mengatakan melalui sepucuk surat anggota Partai Konservatif Inggris mendesak Perdana Menteri May agar menentang perpanjangan proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit. Desakan itu muncul setelah ketiga kalinya parlemen Inggris menolak rumusan kesepakatan yang disusun May.
Baca; DPR Inggris Bakal Bahas lagi Proposal Brexit 1 April
Surat kabar The Sun mewartakan surat yang diserahkan ke May ditanda-tangani 170 dari total 314 anggota Partai Konservatif di parlemen. Dari mereka yang menandatangani 10 orang diantaranya menteri, dimana kondisi ini menciptakan lebih banyak tekanan pada May.
Perdana Menteri May mengaku siap mundur jika dia tidak bisa menciptakan kesepakatan untuk mengatur hubungan Inggris dengan Uni Eropa setelah Inggris angkat kaki dari organisasi itu.
Baca: Brexit, Theresa May Masih Ingin Yakinkan Parlemen
Hasil pemungutan suara pada Jumat, 29 Maret 2019, kembali menghasilkan penolakan pada kesepakatan yang dirumuskan oleh May. Walhasil, kondisi politik Inggris sekarang ini masih bergejolak.
Perdana Menteri May memiliki waktu kurang dari dua pekan untuk meyakinkan ke-27 negara anggota Uni Eropa kalau dia bisa menyelesaikan kebuntuan di negaranya. Jika tidak, May akan meminta kepada Uni Eropa untuk memperpanjang batas waktu keluarnya Inggris dari organisasi terbesar di Benua Biru itu atau tetap keluar pada 12 April mendatang dengan risiko no-deal atau tanpa kesepakatan khususnya soal hubungan ekonomi Inggris dan Uni Eropa.
"Kami ingin meninggalkan Uni Eropa pada 12 April mendatang atau secepatnya," tulis The Sun, berdasarkan sumber yang mendukung Brexit.
Juru bicara May menolak berkomentar soal tekanan pada Perdana Menteri Inggris. Sedangkan Ketua Partai Konservatif Brandon Lewis mengatakan pihaknya menyadari tekanan yang dialami May sekarang ini belum pernah dialaminya sebelumnya.