TEMPO.CO, Jakarta - Korban dari Kenya dan Kanada adalah yang terbanyak dari 35 negara korban kecelakaan Ethiopian Airlines Boeing 737 MAX 8 Ahad kemarin.
Menurut data manifes penerbangan Ethiopian Airlines, ada 32 warga Kenya dan 18 Kanada dari seluruh 157 korban di pesawat, seperti dikutip dari Channel News Asia, 12 Maret 2019.
Pesawat Boeing 737 MAX 8 ET 302 hilang kontak enam menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Addis Ababa Ethiopia dan jatuh di luar kota Bishoftu.
Baca: Jenazah WNI Korban Jatuhnya Ethiopian Airlines Belum Ditemukan
Enam warga Cina, empat India dan seorang warga Indonesia dan seorang warga Nepal, juga menjadi korban kecelakaan.
"Korban WNI adalah seorang perempuan yang tinggal di Roma, Italia, dan bekerja untuk World Food Program (WFP) PBB," kata Juru bicara Kemenlu RI Arrmanatha Nasir kepada Tempo, 11 Maret 2019.
Direktur Eksekutif WFP PBB, David Beasley, menyampaikan duka cita kepada WNI sekaligus staf WFP PBB di Italia, Harina Hafitz, yang menjadi korban kecelakaan pesawat bersama staf PBB lain.
Accident Bulletin no. 3
— Ethiopian Airlines (@flyethiopian) March 10, 2019
Issued on March 10, 2019 at 4:59 PM pic.twitter.com/5UOxsbl24f
PBB mengkonfirmasi 19 staf dan petugas afiliasi-nya, termasuk staf dari Organisasi Internasional Migrasi (IMO), Program Pangan Dunia (WFP), Badan Pengungsi PBB, World Bank dan Badan Lingkungan Hidup PBB, menjadi korban kecelakaan.
Baca: Dua Kali Alami Kecelakaan Maut, Berikut Fakta Boeing 737 MAX 8
Rencananya, mereka akan menghadiri pertemuan tahunan Program Lingkungan Hidup PBB yang digelar di Nairobi pada Senin, yang akan menyertai 4.700 staf PBB, delegasi LSM, kepala negara, menteri, pengusaha dari berbagai negara.
Ethiopia mengumumkan hari berduka nasional pada Senin kemarin. Kerabat dan masyarakat berkumpul di Bandara Jomo Kenyatta Internasional Nairobi untuk berduka bagi para korban Ethiopian Airlines.