TEMPO.CO, Jakarta - Jajak pendapat yang dipublikasi pada Minggu, 25 Maret 2018 mengindikasikan mayoritas masyarakat Jerman dan Amerika Serikat tidak lagi percaya pada Facebook terkait masalah privasi. Lunturnya kepercayaan itu menyusul terbitnya iklan permohonan maaf Facebook di surat kabar Inggris dan Amerika Serikat. Dalam iklan itu, Facebook meminta maaf kepada para penggunanya.
Dikutip dari Reuters pada Senin, 26 Maret 2018, Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, meminta maaf karena telah menciderai kepercayaan. Iklan minta maaf Facebook itu dipasang di beberapa surat kabar, diantaranya New York Times, Washington Post, Wall Street Journal dan surat kabar Observer di Inggris.
“Kami memiliki tanggung jawab untuk melindungi informasi Anda. Jika kami tidak mampu, maka kami tidak berhak menerimanya,” demikian bunyi iklan permohonan maaf Facebook, yang tampil dengan latarbelakang putih dan logo Facebook dalam ukuran kecil.
Baca:Skandal Facebook, Ini 5 Pemain Kunci di Cambridge Analytica
Mark Zuckerberg kerap memakai warna kaus abu-abu dalam setiap acara apapun. (Wikipedia Commons)
Baca: Skandal Cambridge Analytica, Saham Facebook Anjlok 5 Persen
Menurut jajak pendapat Reuters/Ipsos yang dipublikasi pada Minggu, 25 Maret 2018, sekitar 41 persen pengguna Facebook di Amerika percaya Facebook mematuhi undang-undang privasi Amerika Serikat. Sedangkan jajak pendapat yang dipublikasi surat kabar Bild am Sonntag, Jerman, sekitar 60 persen pengguna Facebook di negara itu khawatir Facebook dan media sosial lainnya sedang memberikan dampak negatif terhadap demokrasi.
Facebook, media sosial terbesar di dunia, sedang berada dalam pengawasan keamanan pemerintah di Eropa dan Amerika Serikat menyusul mencuatnya dugaan Cambridge Analitica telah mencuri data jutaan pengguna Facebook. Cambridge Analitica pernah bekerja untuk tim kampanye Donald Trump.