Kewalahan, Bangladesh Larang Rohingya Keluar Kamp

Reporter

Editor

Minggu, 17 September 2017 14:55 WIB

Seorang wanita muslim Rohingya menidurkan anaknya saat akan mencuci perlengkapan masak dan makan di kamp pengungsian Cox's Bazar, Bangladesh, 15 September 2017. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Bangladesh telah membatasi pergerakan pengungsi Rohingya dengan melarang meninggalkan kamp yang telah ditentukan untuk mereka. Sejauh ini lebih dari 400 ribu orang telah melarikan diri dari kekerasan di Myanmar.

Polisi Bangladesh mengeluarkan perintah yang melarang pengungsi Rohingya meninggalkan daerah dan kamp yang telah ditunjuk pemerintah di distrik perbatasan pada Sabtu, 16 September 2017.

Baca: Bangladesh Tahan 2 Jurnalis Myanmar Saat Meliput Rohingya

"Pengungsi Rohingya berisiko melakukan perjalanan berbahaya untuk menghindari kekerasan. Mereka harus tinggal di kamp yang ditunjuk sampai mereka kembali ke negara mereka," kata Sahely Ferdous, juru bicara polisi, seperti dikutip dari Al Jazeera.

Rohingya juga diminta untuk tidak berlindung di rumah teman atau kenalan mereka. Penduduk setempat juga diminta untuk tidak menyewakan rumah bagi para pengungsi.

"Mereka tidak dapat melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain melalui jalan darat, kereta api, atau jalur air," demikian bunyi perintah tersebut.

Sopir bus, truk, dan pekerja telah diminta untuk tidak membawa Rohingya keluar dari kamp.

Baca: Bangladesh Protes Drone dan Heli Myanmar Terbang tanpa Izin

Polisi mengatakan mereka telah menyiapkan pos pemeriksaan dan pengawasan di titik transit utama untuk memastikan para pengungsi Rohingya tidak melakukan perjalanan ke bagian lain negara tersebut.

Seperti yang dilansir Al Jazeera pada 17 September 2017, kamp-kamp baru juga disiapkan untuk membantu menampung masuknya pengungsi baru.

Pembatasan tersebut diumumkan saat pemerintah Bangladesh mengatakan mereka menghadapi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya karena masuknya 409 ribu pengungsi sejak akhir bulan lalu.

Ada kekhawatiran bahwa ribuan muslim Rohingya akan pindah dari wilayah perbatasan ke daratan Bangladesh. Kondisi sudah memburuk di perbatasan Cox's Bazar di Bangladesh. Sebagian besar pengungsi Rohingya hidup dalam kondisi kumuh.

Baca: Senator Top AS Tepis Suu Kyi Bungkam Soal Rohingya, Ini Buktinya

Bangladesh juga telah meminta Myanmar untuk membawa pulang etnis Rohingya yang telah melarikan diri ke negara itu.

Kekerasan terakhir di Myanmar yang pecah pada 25 Agustus 2017 setelah para milisi Rohingya menyerang lebih dari 30 pos polisi dan tentara, yang memicu tindakan keamanan terhadap orang Rohingya.

Pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, dan juga militer Myanmar, telah menuai kecaman internasional atas perlakuannya terhadap Rohingya. Myanmar tidak mengakuinya sebagai warganya. Rohingya tidak memiliki kewarganegaraan dan terusir dari tanah kelahiran mereka.

AL JAZEERA | YON DEMA

Berita terkait

Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

25 hari lalu

Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

Baju Lebaran yang diberikan oleh Yayasan BFLF Indonesia berupa satu setelan busana muslim untuk anak perempuan pengungsi Rohingya

Baca Selengkapnya

120 Warga Etnis Rohingya Dievakuasi dari Laut ke Daratan Aceh

31 Desember 2021

120 Warga Etnis Rohingya Dievakuasi dari Laut ke Daratan Aceh

Saat mendarat, para pengungsi Rohingya yang mayoritas perempuan dan anak-anak tersebut dalam kondisi lemas dan kedinginan.

Baca Selengkapnya

Ribuan Pengungsi Rohingya di Pulau Terpencil Protes

1 Juni 2021

Ribuan Pengungsi Rohingya di Pulau Terpencil Protes

Pengungsi Rohingya ini protes terhadap kondisi kehidupan di pulau Bhashan Char, Bangladesh, yang rawan topan.

Baca Selengkapnya

Bangladesh Lanjutkan Pemindahan Ribuan Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

28 Januari 2021

Bangladesh Lanjutkan Pemindahan Ribuan Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

Pemerintah Bangladesh akan merelokasi 2-3 ribu pengungsi Rohingya ke Pulau Bhasan Char.

Baca Selengkapnya

100 Etnis Rohingya Ditahan Otoritas Myanmar

8 Januari 2021

100 Etnis Rohingya Ditahan Otoritas Myanmar

Hampir 100 etnis Rohingya ditahan oleh kepolsiain Myanmar dalam sebuah penggerebekan. Mereka dituduh melakukan perjalanan ilegal.

Baca Selengkapnya

Perusahaan Israel Dituduh Dukung Militer Myanmar Genosida Etnis Rohingya

24 Desember 2020

Perusahaan Israel Dituduh Dukung Militer Myanmar Genosida Etnis Rohingya

Justice for Myanmar merilis laporan yang menyebut perusahaan Israel menjual teknologinya ke militer Myanmar untuk melakukan genosida terhadap Rohingya

Baca Selengkapnya

Janda Rohingya Gugat Myanmar Rp 28 Miliar atas Pembunuhan Suaminya di Inn Din

12 Desember 2020

Janda Rohingya Gugat Myanmar Rp 28 Miliar atas Pembunuhan Suaminya di Inn Din

Seorang janda Rohingya menuntut kompensasi US$ 2 juta atas kematian suaminya yang dibunuh oleh tentara Myanmar di Inn Din, Myanmar barat, pada 2017.

Baca Selengkapnya

Kemenangan Partai NLD Aung San Suu Kyi Cukup untuk Membentuk Pemerintahan

13 November 2020

Kemenangan Partai NLD Aung San Suu Kyi Cukup untuk Membentuk Pemerintahan

Partai NLD pimpinan Aung San Suu Kyi mengamankan 322 kursi parlemen bikameral dalam pemilu Myanmar, jumlah kursi yang cukup untuk membentuk kabinet.

Baca Selengkapnya

Aung San Suu Kyi Terpilih Lagi, Partai NLD Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

9 November 2020

Aung San Suu Kyi Terpilih Lagi, Partai NLD Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

Partai NLD Aung San Suu Kyi meraih 15 kursi dalam penghitungan suara sementara pemilu Myanmar 2020 pada Senin.

Baca Selengkapnya

Partai Aung San Suu Kyi Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

7 November 2020

Partai Aung San Suu Kyi Diprediksi Menang Pemilu Myanmar

Aung San Suu Kyi dan partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), diprediksi kembali menang meski diterpa isu genosida etnis Rohingya

Baca Selengkapnya