Lokasi Pengungsian Padat, Pengungsi Rohingya Hanya Bisa Jongkok

Reporter

Sabtu, 9 September 2017 07:18 WIB

Perjuangan pengungsi Rohingya menyeberangi tepian sungai setibanya di Teknaf, Bangladesh, 7 September 2017. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain

TEMPO.CO,Hongkong-Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan jumlah pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh telah mencapai angka 270.000 orang. Angka ini meningkat pesat sejak Kamis lalu ketika jumlah pengungsi berkisar 164.000 orang.

Para pengungsi tersebut menjejali kamp Cox's Bazar yang sebelumnya telah ditinggali oleh 34.000 pengungsi Rohingya.

"Kapasitas lokasi penampungan sudah tidak mencukupi. Para pengungsi sekarang berjongkok di tempat penampungan darurat dan di lahan yang tersedia di Ukhiya dan Teknaf," kata juru bicara PBB untuk pengungsi, Duniya Aslam Khan seperti dilansir The New York Times pada Jumat, 8 September 2017.


Baca: Derita Rohingya, Kisah Bayi Berumur 20 Hari Ikut Mengungsi

Kebanyakan para pengungsi di Bangladesh adalah perempuan dan anak-anak yang tiba dengan berjalan kaki. Beberapa dari mereka bahkan mencoba menyeberang dengan perahu.

Pekan lalu, setidaknya 46 pengungsi Rohingya ditemukan meninggal dunia di tepi Sungai Naf, yang merupakan batas antara Myanmar dan Bangladesh.

Kaum Rohingya adalah kelompok etnis Muslim yang telah lama mengalami represi oleh pemerintah Myanmar. Sekitar satu juta orang Rohingya tinggal di negara bagian Rakhine di sebelah barat Myanmar. Sebanyak 300.000 hingga 500.000 lainnya tinggal di Bangladesh, tepatnya di kamp pengungsian.

Pemimpin de facto Myanmar, Daw Aung San Suu Kyi menerima kritik dari dunia internasional karena konflik Rohingya yang berlarut-larut. Peraih Nobel Perdamaian ini dikritik karena terkesan mendiamkan tindakan represif yang dilakukan oleh tentara dan mayoritas Budha Myanmar terhadap etnis Rohingya.


Baca: Krisis Rohingya, Amerika Desak Myanmar Berikan Akses ke Rakhine

Beberapa tokoh yang mengkritik Suu Kyi antara lain penerima nobel dari Afrika Selatan Bishop Desmond Tutu dan penerima nobel termuda dari Pakistan, Malala Yousafzai.

Gelombang besar pengungsi Rohingya terjadi setelah bentrok yang terjadi di negara bagian Rakhine pada Jumat, 25 Agustus lalu. Pemerintah mengatakan ada 15 aparat keamanan dan 370 gerilyawan meninggal.

Pemerintah Myanmar menyalahkan kaum Rohingya untuk konflik tersebut. Sementara itu, para pengungsi Rohingya mengatakan sebaliknya. Mereka menatakan militer dan milisi Budha menyerang desa, menusuk dan menembak, dan membakar rumah mereka.

THE NEW YORK TIMES | BUDIARTI UTAMI PUTRI



Advertising
Advertising

Berita terkait

Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

18 hari lalu

Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

Baju Lebaran yang diberikan oleh Yayasan BFLF Indonesia berupa satu setelan busana muslim untuk anak perempuan pengungsi Rohingya

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Minta Pemerintah Segera Tindak Lanjuti Rekomendasi Komite HAM PBB

28 hari lalu

Komnas HAM Minta Pemerintah Segera Tindak Lanjuti Rekomendasi Komite HAM PBB

Komnas HAM apresiasi kesimpulan dan rekomendasi Komite HAM PBB. Meminta pemerintah implementasi kebijakan dan pelaksanaan di pusat serta daerah

Baca Selengkapnya

Cawe-cawe Jokowi Dipertanyakan dalam Sidang PBB, TPN: Cerminan Citra Jokowi di Mata Dunia

43 hari lalu

Cawe-cawe Jokowi Dipertanyakan dalam Sidang PBB, TPN: Cerminan Citra Jokowi di Mata Dunia

TPN Ganjar-Mahfud menilai sosoran PBB soal cawe-cawe Jokowi, telah membuat citra bekas Wali Kota Solo itu menjadi buruk di mata dunia.

Baca Selengkapnya

Laporan PBB: Situasi Satwa Liar di Bumi Mencemaskan

13 Februari 2024

Laporan PBB: Situasi Satwa Liar di Bumi Mencemaskan

Hiu bambu dan tiga satwa liar yang hidup di Indonesia masuk dalam laporan PBB. Ribuan spesies yang bermigrasi dalam situasi mengkhawatirkan.

Baca Selengkapnya

Negara Pesisir Samudera Hindia Rawan Tsunami, Kepala BMKG: Perkuat Mitigasi dan Peringatan Dini

9 Februari 2024

Negara Pesisir Samudera Hindia Rawan Tsunami, Kepala BMKG: Perkuat Mitigasi dan Peringatan Dini

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengajak negara pesisir Samudera Hindia untuk menggenjot sistem mitigasi tsunami, mencakup kesiagaan masyarakat.

Baca Selengkapnya

Mengapa Jokowi Tak Pernah Hadir Langsung Di Sidang Umum PBB?

21 September 2023

Mengapa Jokowi Tak Pernah Hadir Langsung Di Sidang Umum PBB?

Presiden Jokowi berulangkali tidak hadir secara langsung dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Baca Selengkapnya

Di PBB, Prakerja Jadi Contoh Kolaborasi Siapkan Tenaga Kerja Tangguh

20 September 2023

Di PBB, Prakerja Jadi Contoh Kolaborasi Siapkan Tenaga Kerja Tangguh

Pembelajaran sepanjang hayat dan meningkatkan keterampilan menjadi kunci mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDG.

Baca Selengkapnya

Dua Pelajar Putri NU Wakili Indonesia di ECOSOC Youth Forum PBB

26 April 2023

Dua Pelajar Putri NU Wakili Indonesia di ECOSOC Youth Forum PBB

Dua kader Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) mewakili Indonesia di forum diskusi internasional ECOSOC Youth Forum PBBB

Baca Selengkapnya

Taliban Larang Staf Perempuan Bekerja di Kantor PBB

5 April 2023

Taliban Larang Staf Perempuan Bekerja di Kantor PBB

Larangan Taliban mendorong PBB meminta semua staf - pria dan wanita - untuk tidak masuk kerja selama 48 jam.

Baca Selengkapnya

UGM Tembus 10 Besar Dunia Versi THE University Impact Rankings 2022

29 April 2022

UGM Tembus 10 Besar Dunia Versi THE University Impact Rankings 2022

Pada tahun ini Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menembus posisi 10 besar dunia untuk SDG 1, yaitu No Poverty atau Tanpa Kemiskinan.

Baca Selengkapnya