Sejumlah pekerja wanita saat beraktivitas di ruang call center di Mekkah, Arab Saudi, 29 Agustus 2017. Tujuh wanita tersebut menjadi call center pertama di kerajaan Arab Saudi untuk menangani masalah haji. REUTERS/Suhaib Salem
TEMPO.CO, Mekah - Sebanyak 7 wanita Arab Saudi bertugas di bagian call center darurat untuk pelaksanaan ibadah haji tahun ini. Ini untuk pertama Arab Saudi melibatkan wanita dalam pelaksanaan ibadah haji.
Mengenakan niqab, 7 wanita itu bertugas menerima panggilan darurat. Mereka duduk di depan layar komputer dan siap menerima panggilan dari seluruh Mekah.
Mereka memverifikasi lokasi dan permintaan pemanggil yang dikaitkan dengan kebakaran, kejahatan, penyakit atau kecelakaan lalu lintas.
Saudi dinilai telah melakukan perubahan besar dengan membuka lebih banyak kesempatan kepada wanita untuk kegiatan publik. Sikap Saudi yang membuka diri ini dinilai sebagai bagian dari visinya untuk tidak terlalu mengandalkan sumber minyak dan mentransformasikan masyarakat. Selama ini sekitar 60 persen pendapatan Saudi bergantung pada minyak.
"Wanita Saudi bekerja di berbagai bidang, sehingga mereka dapat bekerja di sektor keamanan," Baara al-Shuwaibi, 31, yang belajar bahasa Inggris di Universitas Makkah, kepada Reuters.
Ketujuh wanita yang bertugas di call center darurat dapat berbicara bahasa Inggris dan telah dilatih sebelum memulai pekerjaan mereka. Puluhan pegawai laki-laki melakukan tugas yang sama di ruangan terpisah.
Mayor Jenderal Abdel Rahman al-Saleh, yang mengoperasikan call center darurat mengatakan, ada sekitar 65.000 panggilan setiap hari selama musim haji, 50 persen lebih tinggi dari hari normal. Sehingga butuh tenaga kerja khusus untuk ibadah haji.
"Ada juga rencana untuk meningkatkan jumlah karyawan wanita dan menawarkan pelatihan lebih lanjut kepada mereka," kata Abdel Rahman, seperti yang dilansir Reuters pada 30 Agustus 2017.
Hassa al-Badi, yang mengelola call center darurat selama ibadah haji mengatakan, penelepon wanita kadang-kadang diminta untuk berbicara dengan petugas wanita karena sensitivitas permintaan mereka. REUTERS|EURONEWS|YON DEMA