Relawan bersiap memakamkan korban banjir dan tanah longsor di pemakaman Paloko, Sierra Leone, 17 Agustus 2017. Banjir dan tanah longsor di kawasan tersebut telah menewaskan 312 orang dan lebih dari 2.000 orang kehilangan tempat tinggal mereka. REUTERS/Afolabi Sotunde
TEMPO.CO, Freetown - Pemerintah Sierra Leone menyatakan lebih dari 1.000 orang tewas akibat bencana tanah longsor dan banjir di Ibu Kota Freetown, dua pekan lalu.
Sebelumnya, pada 14 Agustus 2017, pemerintah menyebutkan bahwa jumlah korban tewas akibat bencana alam tesebut mencapai 450 orang, sementara tim SAR setempat mengatakan korban meninggal 600 jiwa, tidak termasuk yang hilang.
"Lebih dari 1.000 orang meninggal akibat bencana tanah longsor dan banjir. Kami belum tahu jumlah pastinya," kata Elenoroh Jokomie Metzger, Ketua Urusan Perempuan di Regent, pada Ahad, 27 Agustus 2017, saat memberikan kata sambutan pemakaman korban.
Regent adalah sebuah kawasan di pinggiran Freetown yang menjadi pusat bencana tanah longsor.
Pemerintah setempat dibantu warga dan anggota militer telah melakukan pemakaman ratusan korban di berbagai lokasi. Sementara tim SAR masih terus melanjutkan pencarian korban kendati dalam cuaca hujan deras.
Uskup Emeritus Arnold Temple dalam kata sambutan yang disampaikan pada acara pemakaman korban, Ahad, 27 Agustus 2017, mengatakan, akurasi jumlah korban sangat penting diketahui demi akuntabilitas.
"Mungkin lebih dari 1.000 warga Sierra Leone yang dikubur hari ini. Namun, mengapa lebih dari 1.000 sahabat kita hidupnya tragis seperti ini?" kata Temple.