Pertemuan Menlu Indonesia dan Malaysia Bahas Isu Kelapa Sawit
Editor
Untung Widyanto koran
Jumat, 11 Agustus 2017 22:39 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia dan Malaysia mengumumkan sejumlah kerja sama baru dalam kerangka Joint Commission for Bilateral Cooperation (JCBC). Kolaborasi dalam bidang perdagangan, investasi dan kelapa sawit itu diteken Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menlu Malaysia, Dato’ Sri Anifah Aman, di Jakarta, Jumat 11 Agustus 2017.
"Sebagaimana diketahui Malaysia merupakan mitra penting Indonesia di bidang perdagangan dan investasi,” kata Retno. Malaysia merupakan salah satu dari sepuluh investor untuk Indonesia dengan investasi senilai US$ 1,1 miliar pada periode Januari-Desember 2016. Selain itu, total perdagangan antara Malaysia dan Indonesia, menurut Retno, mencapai US$ 15 miliar.
Menurut Retno, dalam pertemuan dengan koleganya itu dibahas seluruh kerja sama di antara isu-isu regional. “Yang melibatkan hubungan politik, maritim, kebijakan nelayan, pengambilan migran Indonesia, kerja sama ekonomi, pendidikan, perdagangan dan peleburan,” kata Sri Anifah.
Indonesia dan Malaysia merupakan bagian dari organisasi antar pemerintah Council of Palm Oil Producer Countries (CPOPC). Produksi kelapa sawit, kata Retno, merupakan prioritas bagi kedua negara.
“Kerja sama baru yang sangat strategis bagi Indonesia dan Malaysia karena Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara produsen sawit terbesar di dunia,” ucap Retno.
Retno menjelaskan sektor sawit merupakan hal penting bagi Indonesia. Indonesia terus mendorong peningkatan produksi sawit yang lestari dan meningkatkan daya saing sawit.
“Dan sekaligus untuk meningkatkan promosi dalam menghadapi kampanye hitam mengenai kelapa sawit,” katanya.
Menurutnya, resolusi dari Parlemen Eropa pada April 2017 merupakan bentuk dari kampenye hitam. Resolusi itu mendorong Uni Eropa untuk menghilangkan penggunaan minyak sawit untuk biodiesel pada 2020 dengan mengurangi impor. Resolusi tersebut menyebut perkebunan kelapa sawit telah mendorong penggundulan hutan tropis.
Pertemuan antara kedua menteri luar negeri tersebut merupakan bentuk pengukuhan kerja sama Indonesia dan Malaysia yang sudah menginjak usia 60 tahun. Ini adalah JCBC yang ke-15, setelah sebelumnya dilaksanakan di Malaysia pada tahun 2015. Isu-isu lain yang dibahas adalah masalah regional, ketenagakerjaan dan perbatasan.
STANLEY WIDIANTO