Diselundupkan ke Amerika dengan Truk, 9 Imigran Gelap Tewas

Reporter

Senin, 24 Juli 2017 06:50 WIB

AP/Laurent Cipriani

TEMPO.CO, SAN ANTONIO – Sedikitnya sembilan imigran gelap asal Meksiko tewas karena dehidrasi setelah dipaksa mendekam di dalam truk dalam suhu amat panas saat memasuki Amerika Serikat.

Seperti dilansir Guardian, Senin 24 Juli 2017, Penemuan ini bermula ketika seorang pria mendatangi pekerja di supermarket Walmart untuk meminta air pada Ahad dini hari waktu setempat.

Usai memberikan air, sang pegawai pun menelepon kepolisian San Antonio untuk memeriksa keadaan di sana. Saat didatangi, polisi menemukan segerombolan orang dalam keadaan lemas tak berdaya di dalam trailer truk.


Baca: Dikecam, Begini Perincian Kebijakan Imigrasi AS Terbaru

Kepolisian San Antonio menemukan jenazah delapan orang di dalam truk trailer. Selain menemukan para korban tewas, polisi juga menyelamatkan 30 orang lainnya di dalam mobil tersebut, 17 dalam kondisi kritis.

“Namun salah satu korban selamat akhirnya menghembuskan nafas terakhir setelah dirawat di rumah sakit,” kata Liz Johnson, juru bicara Badan Imigrasi dan Bea Cukai AS (ICE).

Pemadam Kebakaran San Antonio yang mengirim 29 unit ke lokasi ditugaskan untuk mengevakuasi korban. Menurut Charles Hood, kepala pemadam kebakaran San Antonio, para korban, “sangat panas saat disentuh.”

"Dengan kondisi kepanasan, kebanyakan dari mereka dikhawatirkan akan mengalami kerusakan otak," ujar Charles Hood.

Menurut Hood, pendingin ruangan dalam truk tak bekerja. Sedangkan suhu di San Antonio saat itu mencapai 38 derajat celcius. "Mereka kepanasan, padahal itu adalah truk berpendingin namun tanpa alat pendingin," kata Hood.

Sopir truk trailer yang identifikasinya masih belum dirilis oleh pihak Kepolisian San Antonio pun diciduk. Polisi juga saat ini masih terus mencari sejumlah orang yang diduga melarikan diri ketika melihat kedatangan para petugas keamanan.

“Pengemudi dan siapa pun yang kita temukan terlibat dalam kasus ini akan menghadapi tuntutan (kejahatan) negara bagian dan federal. Kita menyelidiki kejahatan perdagangan manusia,” tutur Kepala Kepolisian San Antonio, William McManus.

McMahon mengatakan setelah para korban selamat pulih, kasus ini akan dialihkan ke Keimigrasian Amerika Serikat dan Penegakan Hukum Bea Cukai. Ia mengatakan kasus penyelundupan manusia ini memang kerap terjadi di Amerika dan sulit ditemukan.

"Dalam kasus ini dan kasus lainnya, mereka bergerak (menyelundupkan manusia) di malam hari agar tak diketahui. Untungnya kami bisa menemukan kejadian ini, dan masih ada korban selamat," kata McMahon.

Berdasarkan wawancara awal dengan para korban, ada 100 warga Meksiko yang diselundupkan ke Amerika Serikat melalui Texas. Sebelum insiden ini terjadi sebagian besar pendatang haram itu berhasil melarikan diri dari truk dan tersisa 39 orang yang kemudian bernasib nahas tersebut.


Insiden tewasnya imigran gelap dalam truk di Amerika Serikat sudah beberapa kali terjadi. Salah satu peristiwa paling mengenaskan terjadi di Victoria, Texas pada 2003 ketika polisi menemukan 19 orang tewas di dalam truk yang tertutup.

CNN | UPI | GUARDIAN | EGI ADYATAMA | SITA




Advertising
Advertising


Berita terkait

Iran akan Bebaskan Awak Kapal Portugal yang Disita di Selat Hormuz

7 menit lalu

Iran akan Bebaskan Awak Kapal Portugal yang Disita di Selat Hormuz

Iran mengatakan akan membebaskan awak kapal berbendera Portugal yang disita pasukannya bulan ini.

Baca Selengkapnya

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

1 jam lalu

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

DPR Amerika Serikat mengesahkan rancangan undang-undang yang akan melarang penggunaan TikTok

Baca Selengkapnya

Pasukan Inggris Mungkin Ditugaskan Mengirimkan Bantuan dari Dermaga ke Gaza

10 jam lalu

Pasukan Inggris Mungkin Ditugaskan Mengirimkan Bantuan dari Dermaga ke Gaza

Pasukan Inggris mungkin ditugaskan untuk mengirimkan bantuan ke Gaza dari dermaga lepas pantai yang sedang dibangun oleh militer Amerika Serikat

Baca Selengkapnya

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

11 jam lalu

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

Percepatan bantuan militer senilai US$6 miliar ke Ukraina mencerminkan kepanikan yang dirasakan oleh pemerintahan Joe Biden dan Kongres AS

Baca Selengkapnya

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

12 jam lalu

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Badan-badan intelijen AS sepakat bahwa presiden Rusia mungkin tidak memerintahkan pembunuhan Navalny "pada saat itu," menurut laporan.

Baca Selengkapnya

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

14 jam lalu

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

Pengiriman bantuan pangan ke Gaza dari Siprus melalui jalur laut dilanjutkan pada Jumat malam

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Ditipu Elon Musk Palsu Hingga Judi Online Kejahatan Transnasional

1 hari lalu

Top 3 Dunia: Ditipu Elon Musk Palsu Hingga Judi Online Kejahatan Transnasional

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 26 April 2024 diawali oleh kabar seorang wanita di Korea Selatan ditipu oleh orang yang mengaku sebagai Elon Musk

Baca Selengkapnya

Gelombang Protes Kampus Pro-Palestina di Amerika Serikat Direpresi Aparat, Dosen Pun Kena Bogem

1 hari lalu

Gelombang Protes Kampus Pro-Palestina di Amerika Serikat Direpresi Aparat, Dosen Pun Kena Bogem

Polisi Amerika Serikat secara brutal menangkap para mahasiswa dan dosen di sejumlah universitas yang menentang genosida Israel di Gaza

Baca Selengkapnya

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

1 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

1 hari lalu

Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

Mahasiswa Universitas Columbia mengajukan pengaduan terhadap universitas di New York itu atas tuduhan diskriminasi dalam protes pro-Palestina

Baca Selengkapnya