Oposisi Venezuela Gelar Referendum Tandingan untuk Lawan Maduro

Reporter

Senin, 17 Juli 2017 10:45 WIB

Sejumlah warga Venezuela mengantri memberikan suara dalam pemilihan umum tidak resmi untuk menolak pemerintahan Presiden Nicolas Maduro di Bogota, Kolombia, 16 Juli 2017. REUTERS/Jaime Saldarriaga

TEMPO.CO, Karakas--Kubu oposisi Venezuela menggelar referendum tak resmi untuk melawan Presiden Nicolas Maduro, menyusul unjuk rasa berdarah yang menewaskan hampir 100 warga dalam tiga bulan terakhir.

Seperti dilansir Reuters, Senin 17 Juli 2017, referendum tandingan pada Ahad pagi waktu setempat.

Ada 3 pertanyaan yang diajukan kepada para pemilih. Mereka ditanyai apakah menolak majelis konstitusi, apakah mereka menginginkan pasukan bersenjata untuk mempertahankan konstitusi yang ada, dan apakah mereka ingin Pemilu digelar sebelum masa jabatan Maduro berakhir pada 2018.


Baca: Krisis Venezuela, Begini Serangan Brutal Pendukung Maduro

Namun jajak pendapat ini agaknya tak akan berpengaruh terhadap pemerintahan Venezuela dalam jangka pendek. Referendum ini pun belum menjadi solusi pasti dari kebuntuan politik di Venezuela.

Maduro sendiri telah menyatakan bahwa pemungutan suara itu sebagai hal ilegal.

Namun penggagas referendum tak menggubris pernyataan Maduro.

"(Meski) hujan, badai atau petir, referendum Minggu akan jalan terus!" kata pemimpin oposisi Henrique Capriles.

Persatuan Demokrat, koalisi 20 partai oposisi, mencetak 14 juta kertas suara bagi pemilih dalam negeri dan 31 juta untuk warga Venezuela di 80 negara.

Hingga Ahad siang, jumlah peserta referendum di sejumlah tempat pemilihan suara membludak.

"Sejak kami buka pada pukul 7 pagi, antrean terus terjadi,” ujar Pedro Garcia, panitia pemilihan di kawasan penduduk El Valle, wilayah selatan ibu kota Karakas. Wilayah ini semula pendukung pemerintah, tetapi sejak barang-barang kebutuhan pokok menghilang, dukungan mereka terhadap pemerintah turun drastis.


Baca: Siapa Pilot Penyerang Mahkamah Agung Venezuela?


Kelompok oposisi ini berharap ada jutaan warga Venezuela yang ikut dalam pemungutan suara. Meski demikian, pegawai instansi pemerintahan tak bisa berpartisipasi atau mereka harus mencari cara agar tidak ketahuan.

Selain menggelar referendum, warga Venezuela baik di dalam maupun di luar negeri, menggelar unjuk rasa besar-besaran mendesak Maduro agar segera mundur. Mereka mengutuk upaya Maduro yang akan menggelar pemilihan khusus lembaga amandemen Konstitusi 1999 pada 30 Juli mendatang.

Oposisi yang kini berkuasa di parlemen Venezuela khawatir perubahan konstitusi akan memberikan Maduro kekuasaan yang lebih besar daripada sekarang.

REUTERS | AP | NBC NEWS | SITA PLANASARI AQUADINI



Advertising
Advertising



Berita terkait

Krisis Ekonomi Venezuela Membuat Geng-geng Kuasai Permukiman Ibu Kota

19 Juli 2021

Krisis Ekonomi Venezuela Membuat Geng-geng Kuasai Permukiman Ibu Kota

Krisis Venezuela membuat pemerintahan Presiden Nicolas Maduro kehilangan kontrol di daerah-daerah ibu kota ketika geng-geng bermunculan.

Baca Selengkapnya

Derita PNS Venezuela Bertahan Hidup dengan Gaji di Bawah Rp 184 Ribu

17 Desember 2020

Derita PNS Venezuela Bertahan Hidup dengan Gaji di Bawah Rp 184 Ribu

PNS di kantor pajak mengaku hanya menerima gaji sekitar US$ 13 (Rp 184 ribu) per bulan ketika krisis Venezuela semakin mencekik kas negara.

Baca Selengkapnya

Gaji Cuma Rp 184 Ribu Sebulan, PNS Venezuela Banyak yang Mangkir dan Mundur

17 Desember 2020

Gaji Cuma Rp 184 Ribu Sebulan, PNS Venezuela Banyak yang Mangkir dan Mundur

2,8 juta PNS Venezuela yang bertahan rata-rata hanya menerima upah US$ 13 (Rp 184 ribu) per bulan, kurang dari setengah gaji pegawai swasta

Baca Selengkapnya

Acuhkan Ancaman Amerika, Iran Nekat Kirim Migas ke Venezuela

24 Mei 2020

Acuhkan Ancaman Amerika, Iran Nekat Kirim Migas ke Venezuela

Presiden Iran, Hassan Rouhani, mengirimkan lima kapal tanker milik Iran untuk mengirimkan migas ke Venezuela yang tengah menghadapi krisis energi.

Baca Selengkapnya

Diskon Black Friday Ringankan Kesusahan Warga Venezuela

30 November 2019

Diskon Black Friday Ringankan Kesusahan Warga Venezuela

Rakyat Venezuela berbondong-bondong ke pusat-pusat perbelanjaan pada Jumat untuk mengambil keuntungan dari diskon Black Friday.

Baca Selengkapnya

Bank Sentral Venezuela Laporkan Inflasi 130.000 Persen pada 2018

30 Mei 2019

Bank Sentral Venezuela Laporkan Inflasi 130.000 Persen pada 2018

Bank Sentral Venezuela untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir merilis laporan inflasi negara yang mencapai 130.060 persen pada 2018.

Baca Selengkapnya

Kesulitan Keuangan, Dubes Venezuela untuk Italia Mundur

24 Mei 2019

Kesulitan Keuangan, Dubes Venezuela untuk Italia Mundur

Duta Besar Venezuela untuk Italia mundur dari posisinya karena krisis Venezuela dan sanksi AS telah membuatnya jatuh miskin.

Baca Selengkapnya

Krisis Venezuela Seburuk Negara yang Dilanda Perang

18 Mei 2019

Krisis Venezuela Seburuk Negara yang Dilanda Perang

Ekonom mengatakan jatuhnya Venezuela adalah keruntuhan ekonomi tunggal terbesar di luar perang dalam 45 tahun terakhir.

Baca Selengkapnya

Akibat Pemadaman Listrik, Venezuela Rugi Rp 30 Triliun

4 April 2019

Akibat Pemadaman Listrik, Venezuela Rugi Rp 30 Triliun

Venezuela diperkirakan rugi US$ 2,1 miliar atau sekitar 30 triliun akibat pemadaman listrik berkelanjutan selama bulan Maret.

Baca Selengkapnya

Harga Kebutuhan Pokok Venezuela 4 Kali Lipat dari Gaji Minimum

4 Maret 2019

Harga Kebutuhan Pokok Venezuela 4 Kali Lipat dari Gaji Minimum

Akibat hiperinflasi, kebutuhan pokok warga Venezuela empat kali dari gaji minimum bulanan Venezuela.

Baca Selengkapnya