TEMPO.CO, Kolombo - Wabah demam berdarah yang menyerang warga Sri Lanka telah mengakibatkan 227 korban tewas sedangkan sekitar 80 ribu warga lain terinfeksi virus tersebut.
Menurut laporan CNN, Jumat, 7 Juli 2017, para ahli memprediksi angka korban akan meningkat ketika pemerintah Sri Lanka mencoba memperbaiki infrastuktur kesehatan mereka.
Menteri Kesehatan Rajitha Senaratne mengatakan penularan demam berdarah akan menjadi semakin parah setelah banjir yang melanda wilayah tersebut surut.
Ruwan Wijayamuni, kepala petugas medis di ibu kota Kolombo, mengatakan kegagalan warga untuk membersihkan genangan air dan tumpukan sampah setelah hujan pada musim hujan bulan lalu telah menambah masalah.
"Sangat menyedihkan bahwa mereka tidak menjaga kebersihan lingkungan mereka," kata Wijayamuni.
Jumlah kasus terbanyak terjadi di wilayah sekitar Kolombo, meski beberapa kasus juga dilaporkan terjadi di wilayah kepulauan Sri Lanka.
Karena khawatir dengan besarnya krisis, pemerintah mengerahkan tentara dan petugas polisi pada Selasa lalu untuk membersihkan sampah yang membusuk, kolam air yang tersumbat, dan tempat berkembang biak nyamuk potensial lainnya.
Sebanyak 450 tentara dikerahkan untuk membantu korban dan membatasi penularan wabah tersebut.
"Kami sedang memeriksa tempat pembiakan nyamuk dan membangun bangsal sementara di rumah sakit," kata juru bicara militer, Roshan Senevirathana.
Saat ini, rumah sakit penuh sesak dengan korban demam berdarah.
Terakhir kali penularan wabah demam berdarah yang parah di Sri Lanka adalah pada 2009 dengan 249 kematian dan 25 ribu korban terinfeksi.