Seorang petugas dari pemerintah menjelaskan sebuah poster yang menampilkan berbagai jenis bom kepada anak-anak yang telah meninggalkan rumah bersama keluarga mereka untuk menghindari pertempuran sengit antara pasukan pemerintah dan pemberontak dari kelompok Maute, yang telah mengambil alih bagian kota Marawi, di Pusat Evakuasi kota Iligan, Filipina, 18 Juni 2017. Petugas menjelaskan jenis bom, agar anak-anak dapat menjauh dari barang-barang mencurigai yang kemungkinan ditemukan selama pertempuran. REUTERS/Romeo Ranoco
TEMPO.CO, Jakarta -Krisis Marawi melebar ke provinsi lain di Filipina dengan munculnya informasi milisi pendukung ISIS menyerang satu sekolah di wilayah selatan Filipina pada Rabu dini hari, 21 Juni 2017. Sejumlah siswa disandera dan diculik.
Menurut informasi polisi, sekitar 300 pria, beberapa di antaranya anggota Milisi Pembebasan Islam Bangsamoro (BIFF), menyerang sekolah di kota Pigcawayan, provinsi Cotabato Utara, sekitar 190 kilometer arah selatan kota Marawi. ?
Milisi ini terlibat pertempuran bersama kelompok pemberontak Maute di Marawi untuk melawan pasukan pemerintah Filipina di Marawi sejak 23 Mei 2017.
"Kami dapat jelaskan bahwa mereka menguasai sekolah dan beberapa warga sipil terjebak di sana. Kami saat ini dalam proses mencari tahu berapa banyak yang terjebak dan identitas mereka," kata Kepala Inseptur Polisi Pigcawayan, Realan Mamon seperti dikutip dari Reuters.
Wali kota Pigcawayan, Eliseo Garcesa mengatakan dalam wawancara radio Filipina bahwa dirinya masih mencari informasi tentang kemungkinan korban luka atau korban jiwa.
Pasukan pemerintah Filipina melancarkan serangan besar-besaran untuk memberangus kelompok milisi pendukung ISIS di Marawi sebelum Idul Fitri tiba. Meski begitu tidak ada deadline batas status darurat militer di sana.