Pasukan bersenjata MILF bersorak saat menunggu penandatanganan perjanjian di Kamp Darapanan, Sultan Kudarat, Maguindanao, Filipina Selatan (27/3). (AP Photo/Froilan Gallardo)
TEMPO.CO, Manila -Ratusan anak-anak yang dipersenjatai oleh Front Pembebasan Islam Moro atau MILF dibebaskan. Pembebasan ratusan tentara anak ini sebagai bagian dari komitmen MILF untuk mengakhiri perekrutan anak.
Upacara pelepasan ratusan tentara anak diadakan MILF di Lanao del Sur, Jumat, 10 Maret 2017. Ini merupakan tahap kedua MILF membebaskan tentara anak. Yang pertama, dilakukan pada Februari lalu.
Menurut Unicef, badan PBB urusan anak-anak, lebih dari 1.800 tentara anak yang akan dibebaskan oleh MILF secara bertahap. MILF menempatkan anak-anak di garis depan pertempuran. Namun umumnya anak-anak ini bertugas sebagai kurir dan staf pendukung.
MILF telah menandatangani rencana aksi bersama PBB untuk mengakhiri perekrutan anak-anak sebagai milisi bersenjata pada tahun 2009.
Adapun Profesor ilmu politik di Manila, Richard Heydarian mengatakan, penting untuk mengingat bahwa anak-anak yang direkrut MILF dan kemudian dilepaskan lahir di dalam konflik.
"Kita harus tetap ingat bahwa ini bukan Sudah Selatan atau Sierre Leone, di mana anda memiliki anak-anak yang terpisah dari keluarga mereka dan dipaksa untuk menjadi tentara anak. Banyak di antara anak-anak ini sebenarnya sangat terkait pada komunitas rekayasa yang selama ini mendukung Front Pembebasan Islam Moro," kata Heydarian.
Kepala perwakilan Unicef di Filipina, Lotta Sylwander sebelumnya mengatakan, pembebasan seluruh anak-anak oleh MILF baru merupakan awal dari tahap berikutnya. " Langkah berikutnya adalah memastikan anak-anak mendapat dukungan," kata Sylwander seperti dikutip dari Al Jazeera, 11 Maret 2017.
Jumlah pasti tentara anak-anak di Filipina memang belum diketahui. Usia mereka diperkirakan di bawah 18 tahun.
MILF menandatangani perjanjian damai dengan pemerintah Filipina tahun 2014. Namun kesepakatan yang ada di dalam perjanjian itu mandeg menyusul kematian sejumlah pasukan khusus pemerintah Filipina saat operasi pemberangusan pemberontak tahun 2015.